Berita PJA

Berita PJA
Pusri Jurnalistik Award

Berita PJA

Berita PJA
Pusri Jurnalistik Award

Jumat, 12 Februari 2010

Fertilizer Giant Demands ‘Fairer’ Indonesia Gas Policy


Direktur Utama PT Pusri, Ir H Dadang Heru Kodri





Fertilizer Giant Demands ‘Fairer’ Indonesia Gas Policy

Jakarta Globe, 5 February 2010

State-owned fertilizer giant PT Pupuk Sriwijaya has called on the government to come up with a “fairer” gas-distribution policy to help ensure that the fertilizer industry receives a steady supply of its key raw material.

Dadang Heru Kodri, president director of the company, also known as Pusri, told a news conference on Friday that the existing policy of allocating more gas to fuel power plants was unfair to other industries that need gas as a raw material, such as fertilizer companies.

“We are now facing a problem because some gas contracts may be terminated because of a lack of gas supply,” he said.

Dadang said PT Pertamina EP, a subsidiary of state oil and gas firm PT Pertamina, had notified Putri that because of limited gas reserves it would not be able to extend its contract for 166 million standard cubic feet per day when it expires in December 2012.

Salis Aprilian, Pertamina EP’s president director, told the Jakarta Globe that his company had not responded to a letter from Pusri asking for the contract to be extended.

“We are still considering our existing gas reserves and the volume for the extension as we also have limited reserves,” he said, adding that Pertamina EP has found it difficult to fulfill other contracts as well.

Companies such as Pusri have complained about gas shortages in recent years, prompting calls for the government to limit gas exports.

On Thursday, Energy Minister Darwin Saleh said the government was considering putting such limits in place until domestic demand is fully met.

Dadang added that Pusri’s operation in South Sumatra faces a negative gas supply.

“Only PT Medco Energy supplies gas [to the South Sumatra operation ],” Dadang said.

Pupuk Iskandar Muda, a Pusri unit based in Aceh, is also suffering from a problem obtaining gas.

PIM president director Mashudianto said in early December that the company was negotiating with several suppliers but warned that it could be forced to shut down the plant if it is unable to secure new supplies any time soon.
http://www.thejakartaglobe.com/business/fertilizer-giant-demands-fairer-indonesia-gas-policy/357066

Pusri demands protection from Chinese imports


Direksi memberikan keterangan pers, Jumat (5/2/10)






Pusri demands protection from Chinese imports

Nani Afrida , The Jakarta Post , Jakarta | Sat, 02/06/2010 1:02 PM | Business

State fertilizer producer PT Pusri said the company will be able to withstand competition from Chinese companies in the domestic market as long the government maintains its current policy on raw materials, particularly gas.
Pusri president director Dadang Kodri said the full implementation of the free trade agreement with China would not hurt the company for at least another three years as the government had already set the price of gas for the given period.
"What happens after the next three years is uncertain. If the government increases the price of raw material, Chinese products will dominate the domestic market because they have a stable price for raw materials," Dadang said.
The company is highly dependent on gas supply as it needed about 793 million standard cubic feet of gas per day (mmscfd) in 2010. The company is set to produce 7 million tons of urea fertilizer this year, 3 percent more than the 6.8 million tons produced in 2009.
"Our production capacity is 8 million tons annually. But PT Pupuk Iskandar Muda *PIM* is still being revitalized after a gas shortage," Dadang said, referring to the company's subsidiary.
Other subsidiaries include PT Petrokimia Gresik in Gresik, East Java, PT Pupuk Kujang in West Java, PT Pupuk Kaltim in East Kalimantan and PIM in Nangroe Aceh Darussalam.
Pusri is also optimistic its production of NPK fertilizer would grow by 70 percent to 2.2 million tons this year, up from 1.3 million tons in 2009.
Domestic fertilizer consumption currently stands at 1.4 million tons per year. The government predicts that in 2025, Indonesia will need about 23.2 million tons.
Dadang said the holding company of state fertilizer producers succeeded in increasing net profits from Rp 800 billion in 2004 to Rp 2.1 trillion in 2009. The sales also rose to Rp 36 trillion in 2009 from Rp 13 trillion in 2004.
"We have had significant financial growth," Dadang said.
The government is mulling a plan to improve the performance of all five state fertilizers company through redesigning the structure of the holding company.

http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/06/pusri-demands-protection-chinese-imports.html

Urea Diminati Petani

SARANA PERTANIAN

Urea Pusri Masih Diminati Petani

Suara Karya, Jumat, 12 Februari 2010

JAKARTA (Suara Karya): Para petani di Tanah Air diyakini tetap akan memilih pupuk urea dan jenis lainnya yang diproduksi di dalam negeri. Dalam hal ini petani masih memprioritaskan penggunaan pupuk merek Pusri ketimbang pupuk dari China, meski seiring diberlakukannya kawasan perdagangan bebas dengan China dan ASEAN (CAFTA).

Apalagi harga pupuk produksi BUMN lebih murah dibanding buatan China, terutama dari PetroChina. "Kita siap bersaing. Soal harga pupuk tidak jadi masalah. Harga pupuk kita masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri di Jakarta, beberapa hari lalu. Selain harga lebih murah, kualitas pupuk Pusri juga lebih baik.

Dadang menyebutkan bahwa seluruh produksi Pusri telah memiliki standar nasional Indonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. "Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Indonesia dibanding China yang mungkin belum memiliki standar," ujarnya.




Hanya saja, Dadang sulit menjamin harga yang bisa bersaing dengan pupuk dari China ini bisa bertahan setelah 2012 nanti atau saat kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai. Terkait hal ini, manajemen Pusri telah menggelar rapat pembahasan dengan Pertamina EP. Namun, jaminan pasokan gas belum dapat dibahas secara konkret hingga saat ini.

Meski masih terkendala kebutuhan gas sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk, namun secara umum Pusri masih mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri. "Kalau melihat stok pupuk 735.000 ton, maka masih mencukupi kebutuhan," kata Dadang.

Dalam hal ini, perusahaan akan terus memasok kebutuhan pupuk nasional dalam posisi aman. Apalagi berdasarkan pengalaman sebelumnya, penyerapan pupuk rata-rata hanya 75 sampai 80 persen dari stok yang tersedia sehingga produksi beras surplus. "Pasokan gas dengan Pertamina bagi bahan baku pupuk urea masih menjadi kendala yang harus diselesaikan. Namun, kita juga masih mencari subtitusi gas dari batu bara, meski masih perlu diproses lagi.

Untuk memproses pemisahan gas di sela-sela pertambangan batu bara, maka membutuhkan biaya 350 juta dolar AS, sehingga membutuhkan dukungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. (Dwi Putro AA)

Urea Diminati Petani

SARANA PERTANIAN

Urea Pusri Masih Diminati Petani

Jumat, 12 Februari 2010

JAKARTA (Suara Karya): Para petani di Tanah Air diyakini tetap akan memilih pupuk urea dan jenis lainnya yang diproduksi di dalam negeri. Dalam hal ini petani masih memprioritaskan penggunaan pupuk merek Pusri ketimbang pupuk dari China, meski seiring diberlakukannya kawasan perdagangan bebas dengan China dan ASEAN (CAFTA).

Apalagi harga pupuk produksi BUMN lebih murah dibanding buatan China, terutama dari PetroChina. "Kita siap bersaing. Soal harga pupuk tidak jadi masalah. Harga pupuk kita masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri di Jakarta, beberapa hari lalu. Selain harga lebih murah, kualitas pupuk Pusri juga lebih baik.

Dadang menyebutkan bahwa seluruh produksi Pusri telah memiliki standar nasional Indonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. "Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Indonesia dibanding China yang mungkin belum memiliki standar," ujarnya.

Hanya saja, Dadang sulit menjamin harga yang bisa bersaing dengan pupuk dari China ini bisa bertahan setelah 2012 nanti atau saat kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai. Terkait hal ini, manajemen Pusri telah menggelar rapat pembahasan dengan Pertamina EP. Namun, jaminan pasokan gas belum dapat dibahas secara konkret hingga saat ini.

Meski masih terkendala kebutuhan gas sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk, namun secara umum Pusri masih mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri. "Kalau melihat stok pupuk 735.000 ton, maka masih mencukupi kebutuhan," kata Dadang.

Dalam hal ini, perusahaan akan terus memasok kebutuhan pupuk nasional dalam posisi aman. Apalagi berdasarkan pengalaman sebelumnya, penyerapan pupuk rata-rata hanya 75 sampai 80 persen dari stok yang tersedia sehingga produksi beras surplus. "Pasokan gas dengan Pertamina bagi bahan baku pupuk urea masih menjadi kendala yang harus diselesaikan. Namun, kita juga masih mencari subtitusi gas dari batu bara, meski masih perlu diproses lagi.

Untuk memproses pemisahan gas di sela-sela pertambangan batu bara, maka membutuhkan biaya 350 juta dolar AS, sehingga membutuhkan dukungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. (Dwi Putro AA)

Pusri Optimis





Pusri Optimistis Penuhi Kebutuhan Pupuk Subsidi

Sinar Harapan, Sabtu, 06 Pebruari 2010 11:36

Jakarta – Meski terkendala pemenuhan gas, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) mengaku tetap optimistis dapat me¬menuhi kebutuhan pupuk subsidi di dalam negeri.
“Stok pu¬puk yang ada sebesar 735.000 ton, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk subsidi selama satu bulan ke depan,” kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjadja, Dadang Heru Kodri, dalam jumpa pers lomba penulisan Jurnalistik dalam rangka HUT ke-50 Pusri, di Jakarta, Jumat (5/2).
Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan gas dari Pertamina yang saat ini terganggu dan masih dalam proses penyelesaian, menurut Dadang, pihaknya melakukannya dengan beralih pada batu bara. “Pasalnya, untuk memecah batu bara menjadi gas membutuhkan biaya US$ 350 juta, sehingga membutuhkan du¬kungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah,” tambahnya.
Dadang menyebutkan, pemerintah memang menyarankan untuk memindahkan produksi mendekati sumber bahan baku seperti di Tangguh, tetapi pelaksanaanya juga tidak mudah. “Untuk menindaklanjuti rencana pemindahan produksi supaya dekat dengan bahan baku, saat ini kami terus melakukan rapat dengan PT Pertamina EP, untuk kemudian nantinya akan dibuat perjanjian kerja sama kedua belah pihak,” jelasnya.
Dalam pembicaraan itu, salah satu poinnya yang kemudian akan ditingkatkan menjadi kesepakatan adalah harga bahan baku gas. “Kami belajar pengalaman dari kenaikan harga bahan baku gas yang semula diikat Pertamina US$ 3,3 kini menjadi US$ 8,” tuturnya.
(sat/ant)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/read/pusri-optimistis-penuhi-kebutuhan-pupuk-subsidi/

Selasa, 09 Februari 2010

Pusri Siap Hadapi ACFTA

Pusri Siap Hadapi ACFTA



Sabtu, 06 Februari 2010 10:15


Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina atau ACFTA tidak dikhawatirkan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri). Produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara mempunyai trik untuk memenangkan kompetisi penjualan pupuk. Baik di dalam maupun luar negeri.
”Paling tidak harga pupuk kita lebih rendah dari China. Harga pupuk tergantung bahan baku. Hingga 2012 bahan baku tidak ada masalah. Jadi kita pasti menang,” ungkap Direktur Utama Pusri, Dadang Heru Kodri, di acara sosialisasi ”Pusri Jurnalistik Award 50th” di Jakarta, kemarin (5/2).
Dadang menyebut, harga pupuk urea Pusri saat ini sekitar US$270 atau Rp2,5 juta per ton. Sementara harga pupuk Cina, walaupun tidak disebut secara rinci namun diatas harga tersebut. ”Tetapi produksi mereka (Cina) mencapai 134 juta ton per tahun. Jumlah itu melampaui kapasitas kita, bahkan Pusri Holding,” ujarnya.
Pusri beserta empat anak usahanya, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, dan PT Pupuk Kalimantan Timur memproduksi 2,15 juta ton per tahun. ”Sejak 1995 kapasitas produksi kita terbatas antara 2,05 hingga 2,1 juta ton per tahun. Pabrik rata-rata sudah diatas 30 tahun. Makanya kami berencana membuat pabrik baru di Palembang tahun ini,” timpal Direktur Produksi Pusri, Indra Jaya.
Kendati secara produksi masih dibawah Cina, namun Pusri tetap bersikukuh bisa mengatasinya. Cara lain, jelas Dadang, melindungi pupuk nasional, antara lain semua pupuk Pusri holding dilabel SNI (standar nasional Indonesia). ”Pemerintah harus menerapkan SNI secara keras. Artinya sesuai kaidah ilmiah kalau mau memberikan sesuatu yang khusus, ya diberi standar saja. Mereka (Cina) pasti sulit masuk ke Indonesia.”
Bagaimana pendanaan revitalisasi? ”Memang sulit kita mencari dana Rp2 triliun untuk kepentingan satu pabrik. Kenapa bisa kesulitan? Karena laba yang kita peroleh dari penjualan ke sektor pangan memang relative rendah. Pemerintah memberikan 10 persen tapi pada akhirnya lebih rendah dari 10 persen, karena biaya kami tanggung sendiri,” ujarnya.
Mengenai ketersediaan gas, pemerintah membuat Instruksi Presiden (Inpres). Menteri Perindustrian MS Hidayat akhir Januari lalu mengatakan, Inpres itu mengatur jaminan pasokan gas untuk revitalisasi pabrik pupuk. ”Soal gas diatur dalam program revitalisasi,” tukasnya. (05)

PJA di Detik.COm

Pusri Jurnalistik Award
08 February 2010

Pusri Gelar Jurnalistik Award

Pada peringatan ke-50, Pusri gelar penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA).

Tema
“1/2 abad Pusri turut Membangun Negeri”

Subtema
- Meneropong sepak terjang Pusri bagi upaya ketahanan pangan dan pemberdayaan petani
- Mencari Solusi efektif bagi penguatan industri pupuk nasional
- Menyoal kiprah Pusri dalam peningkatan ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat lingkungan
- Revitalisasi pabrik pupuk nasional, tantangan dan peluang bagi kelangsungan industri pupuk
- Peran Pusri dalam membangun industri berwawasan lingkungan

Kriteria
- Tulisan sesuai tema yang ditentukan dan dimuat di media priode 1/06/2009 sd 15/03/2010. Dikirim ke PO BOX 1193 Palembang. Dilampiri fotokopi kartu pers.
- Tulisan berbentuk artikel/features.
- Peserta jurnalis cetak/online di Indonesia.
- Softcopy tulisan dikirim via email ke email medialintasinformasi@yahoo.com

Memperebutkan hadiah Rp36juta utk pemenang I-VI.

CP: 081368184211/081271194300

PJA di ANTARA

Pusri Gelar Lomba Karya Tulis Jurnalis
Sosbud / Selasa, 9 Februari 2010 08:28 WIB

Metrotvnews.com, Palembang: PT Pupuk Sriwijaya menyelenggarakan lomba karya tulis jurnalis "Pusri Jurnalistik Award". Begitulah diungkap Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (9/2).

Menurut Dadang, perlombaan bentuk apresiasi ke kaum jurnalis dan wartawan di Indonesia, khususnya yang berdomisili di Sumatra Selatan. Selain itu, perusahaan pupuk terbesar di Indonesia ini akan memeriahkan usia emas.

Industri pupuk sangat strategis bagi bangsa Indonesia. Lantaran itu, menurut Dadang, media massa sangat berperan menyampaikan dan menyosialisasikan peranan dan fungsi ke masyarakat.

Bagi Dadang, sosialisasi itu menopang program ketahanan pangan agar berjalan optimal. Perlombaan untuk kalangan jurnalis bentuk nyata kepedulian melalui corporate social responsibility terhadap insan pers. Pemenang kelak meraih plakat penghargaan dan uang sebesar Rp 36 juta. Tulisan mereka pun akan disiarkan di media massa cetak dan media online hingga Maret 2010.(Ant/******)

Senin, 08 Februari 2010

Dari Pusri untuk Jurnalis

Pusri Jurnalistik Award




Pusri Jurnalistik Award, Apresiasi Pusri untuk Jurnalis
Jakarta—PT Pupuk Sriwijaya dalam usia yang kelima puluh tahun (24 Desember 2009) mengadakan lomba penulisan artikel dan feature terkait dengan peran dan pengabdiannya di dunia industri pupuk dan swasembada pangan di Indonesia.
Manajer Humas PT Pusri, Zain Ismed mengatakan secara langsung ataupun tidak langsung keberadaan produk-produk pupuk Pusri dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian yang pada akhirnya mendukung swasembada dan ketahanan Pangan Nasional. Industri pupuk sangat strategis bagi negara kita yang merupakan negara agraris.
”Bagi petani, jelas sekali produk Pusri memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan,” katanya Senin (8/2).
Dalam rangkain peringatan ulang tahun emas ini, dikatakan Ismed, Pusri mencoba memberikan apresiasi kepada para jurnalis. Berupa diseminasi informasi dan problematika terkait dengan eksistensi perusahaan selama mengabdi bagi kepentingan Tanah Air melalui hajatan penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA).
”Kegiatan itu juga merupakan bentuk kepedulian konkret dari bagian corporate social responsibility (CSR) PT Pusri kepada wartawan,”ujar Ismed.
Diakui oleh Ismed, media massa memberikan sumbangsih yang tak sedikit bagi perkembangan perusahaan penghasil pupuk ini dan lomba ini merupakan lomba pertama kali dilakukan oleh PT Pusri sejak 50 tahun pabrik pupuk ini berdiri.
”Nah, dalam peringatan ulang tahun emas ini, Pusri mencoba memberikan apresiasi terhadap media massa, khususnya melalui hajatan penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA),”katanya.

Dalam melakukan kegiatan ini, kata Ismed PT Pusri memberikan hadiah berupa uang tunai dan plakat kepada masing-masing pemenang dalam lomba penulisan artikel dan feature dengan total hadiah mencapai Rp 36 juta rupiah untuk 6 orang pemenang.

Sementara itu, Ida Syahrul dari Media Lintas Informasi yang menjadi pelaksana teknis acara lomba ini mengatakan pihaknya melakukan penjurian terhadap artikel atau feature yang ditulis oleh Jurnalis di media massa masing-masing terkait dengan PT Pusri dalam Industri pupuk selama kurun waktu Juni 2009 sampai Maret 2010.

Selain itu, kata Ida, dalam penjuriannya pihak MLI dan Pusri melibatkan jurnalis, organisasi pers, dan Kementrian BUMN serta internal Pusri.
”Untuk juri dari praktisi media, organisasi pers, dan Kementrian BUMN ,”katanya. Ida berharap, lomba ini bisa diikuti oleh seluruh jurnalis yang ada di Indonesia. Terutama media yang ada di Sumsel, tempat berdirinya pabrik pupuk terbesar di Asia Tenggara ini.


Contact Person:
Ida Syahrul 081271194300
Muhamad Nasir 081368184211