Pupuk Urea Bersubsidi Naik April 2010
Sinar Harapan, Selasa 9 Maret 2010
Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Suswono memperkirakan harga pupuk urea bersubsidi naik pada april 2010, apabila anggaran subsidi di APBNP 2010 mendapat tambahan Rp 4,2 triliun.
Kenaikan harga untuk pupuk urea tersebut maksimal 50 persen dari harga eceran tetap (HET) yang saat ini Rp 1.200 per kilogram. “Untuk harga pupuk lainnya belum ditentukan besar kenaikannya,” ujar Mentan ketika dihubungi SH, Selasa (9/3).
Akan tetapi, Suswono menjamin, kenaikan harga pupuk tidak akan mengurangi pendapatan petani sebab HPP (Harga Pembelian Pemerintah-red) terhadap gabah petani telah meningkat 10 persen sejak 1 Januari 2010.
Menurut Mentan, dengan kenaikan HPP, ada peningkatan pendapatan petani sebesar Rp 1 juta per hektare dan kenaikan harga pupuk urea sebesar 50 persen hanya akan menambah biaya produksi maksimal Rp 200.000 per hektare. “Sehingga, ada penambahan penghasilan petani Rp 800.000 per hektare,” katanya, seraya menambahkan itu hanya berlaku untuk tanaman pangan.
Sementara itu, produk hortikultura berupa buah-buahan dan sayuran Indonesia tidak perlu khawatir bersaing dengan produk sejenis asal China yang saat ini membanjiri pasar dalam negeri. Indonesia, menurut Mentan, memiliki buah-buahan tropis yang sangat eksotis untuk diekspor, seperti manggis, salak, juga produk-produk perkebunan seperti CPO minyak sawit, kelapa sawit, kakao, dan karet.
Suswono mencatat, sejauh ini Indonesia surplus ekspor ke Cina lebih dari US$ 2 miliar. Di samping itu, tandasnya, produk dalam negeri jauh lebih segar ketimbang impor, sehingga tidak perlu khawatir kalah bersaing. “Produk impor ada yang sudah di dalam freezer selama satu tahun” ujarnya.
Terkait kebijakan pemerintah menggunakan pupuk organik, kata Mentan, hingga saat ini pemerintah konsisten mendorong penggunaan pupuk berimbang, di mana pupuk tersebut juga akan mendapat subsidi.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (WAMTI), Agusdin Pulungan mengatakan, produk pertanian asal China sarat penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tinggi.
Oleh sebab itu, Indonesia harus memiliki produk spesifik , yaitu produk organik yang diproduksi dengan cara-cara organik. Ia mengakui harga jual produk pertanian organik saat ini masih tinggi. Namun, lanjutnya, jika pertanian organik telah menjadi budaya pertanian, harga jualnya ke konsumen lambat laun akan menurun atau dapat bersaing dengan harga produk impor. “Itu salah satu cara kita untuk menyaingi Cina” tandas Agusdin.
Untuk itu, ia menekankan perlunya dorongan pemerintah memberikan insentif harga jual kepada petani yang lebih baik daripada harga jual produk nonorganik.
Sementara itu, menurutnya, memproduksi dengan cara organik lebih murah daripada menggunakan pupuk impor, sehinga dapat menurunkan biaya produksi petani dan meningkatkan pendapatan petani.
Ia mencatat potensi bahan baku pupuk organik yang dimiliki saat ini sebanyak 87,5 juta ton jerami per tahun yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk organik lambat laun dapat menurunkan subsidi pupuk kimia dari Rp 17 triliun saat ini menjadi hanya Rp 5 triliun. Agusdin menambahkan, penggunaan pupuk kimia selama ini telah merusak area persawahan seluas 5 juta hektare dari luas total areal persawahan 7,5 juta hektare.
(effatha tamburian)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/back_to/indeks-lalu/read/pupuk-urea-bersubsidi-naik-april-2010/?tx_ttnews[years]=2010&tx_ttnews[months]=03&tx_ttnews[days]=9&cHash=4976d7508e
Selasa, 09 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar