Beberapa Catatan Juri (Budi Winarno) Lomba PJA terhadap Naskah
1. Terlalu verbal memosisikan peran Pusri (contoh kalimat pembuka “Entah bagaimana nasib bangsa Indonesia, tanpa keberadaan PT Pupuk Sriwidjaja”). Naskah terjebak menjadi profil Pusri.
2. Banyak yang berupa opini, bukan liputan yang dilaporkan dalam bentuk features/opini berita.
3. Banyak yang hanya mengungkap peran strategis Pusri tanpa fakta/liputan lapangan yang memadai
4. Miskin ide, kebanyakan mengulang pendapat (termasuk hanya dengan mengutip narasumber melaluii internet)
5. Banyak yang berlebihan melihat Pusri dari kacamata daerah. Pusri adalah perusahaan nasional atau aset nasional di daerah (bukan perusahaan daerah)
6. Banyak yang “terlalu banyak keinginan” dengan memuat semua persoalan, akibatnya tulisan tidak fokus
7. Memprihatinkan, karena tema lingkungan hidup sangat jarang digarap penulis/pers
8. Terlalu banyak narasumber berita berasal dari orang dalam (Pusri). Gejala ini kurang bagus karena materi tulisan menjadi lebih condong menjelaskan, bukan memberi masukan, apalagi kritik.
Budi Winarno
Minggu, 18 April 2010
Sabtu, 17 April 2010
Nilai Para Juri
Nilai Para Juri
Peserta Budi Sjarifuddin Bambang S Mahmud H Zain Ismed Total
001 79 76 61 87 73 376
(4) 002 72 80 72 89 92 405
003 75 65 48 90 74 352
004 79 67 35 94 83 358
005 77 67 72 88 80 384
006 68 81 47 88 80 364
007 79 68 50 89 91 377
008 76 68 47 89 85 365
009 76 64 40 89 70 339
010 74 64 42 88 89 357
011 74 87 42 84 78 365
012 78 70 46 89 78 361
(2) 013 76 90 67 91 93 417
014 75 74 52 88 89 378
(7) 015 77 92 48 88 93 398
016 75 82 47 89 85 378
017 77 82 47 89 89 384
(6) 018 80 91 47 94 89 401
019 74 77 45 89 84 369
020 78 65 42 83 83 351
(8)021 79 76 54 94 93 396
022 75 75 48 88 86 372
(9) 023 78 85 48 90 90 391
024 78 70 48 87 89 372
(3) 025 78 89 65 89 90 411
(10)026 78 87 43 88 93 389
027 77 71 43 88 89 368
028 78 71 42 88 90 369
(5)029 76 85 62 89 92 404
030 75 73 46 89 92 375
031 77 67 39 83 89 355
032 74 69 48 87 88 366
033 77 77 40 89 93 336
034 74 81 45 86 93 379
035 75 70 47 86 93 371
036 72 81 47 96 85 381
037 74 58 48 85 93 358
038 80 73 48 88 92 381
039 75 79 47 89 88 378
040 74 68 40 85 86 353
(1) 041 80 88 71 98 93 430
042 77 79 48 88 91 383
Peserta Budi Sjarifuddin Bambang S Mahmud H Zain Ismed Total
001 79 76 61 87 73 376
(4) 002 72 80 72 89 92 405
003 75 65 48 90 74 352
004 79 67 35 94 83 358
005 77 67 72 88 80 384
006 68 81 47 88 80 364
007 79 68 50 89 91 377
008 76 68 47 89 85 365
009 76 64 40 89 70 339
010 74 64 42 88 89 357
011 74 87 42 84 78 365
012 78 70 46 89 78 361
(2) 013 76 90 67 91 93 417
014 75 74 52 88 89 378
(7) 015 77 92 48 88 93 398
016 75 82 47 89 85 378
017 77 82 47 89 89 384
(6) 018 80 91 47 94 89 401
019 74 77 45 89 84 369
020 78 65 42 83 83 351
(8)021 79 76 54 94 93 396
022 75 75 48 88 86 372
(9) 023 78 85 48 90 90 391
024 78 70 48 87 89 372
(3) 025 78 89 65 89 90 411
(10)026 78 87 43 88 93 389
027 77 71 43 88 89 368
028 78 71 42 88 90 369
(5)029 76 85 62 89 92 404
030 75 73 46 89 92 375
031 77 67 39 83 89 355
032 74 69 48 87 88 366
033 77 77 40 89 93 336
034 74 81 45 86 93 379
035 75 70 47 86 93 371
036 72 81 47 96 85 381
037 74 58 48 85 93 358
038 80 73 48 88 92 381
039 75 79 47 89 88 378
040 74 68 40 85 86 353
(1) 041 80 88 71 98 93 430
042 77 79 48 88 91 383
juara VI
Lisma Noviani
Naskah 018
”Sampah Itu Sungguh Berarti: Pusri Pelopor Industri Pupuk Organik” dimuat di Harian Sriwijaya Post, Rabu, 10 Maret 2010
Total Nilai 401

Anggota DPD RI Ahmad Azis mendampingi Dirut PT Pusri Dadang Heru Kodri menyerahkah hadiah kepada juara VI.
Nama : Lisma Noviani
Tempat Tanggal Lahir : Sungaigerong, 15 November 1974
Pendidikan terakhir : Sarjana Ekonomi Universitas Sriwijaya
Pekerjaan : Jurnalis
Jabatan Sekarang : Redaktur Ekonomi
Alamat Rumah : Jl DI Panjaitan Lr Sunia No 51 Rt 35 Plaju Palembang
Telepon : 0711-543135/HP 08127807411
Alamat Kantor : Harian Umum Sriwijaya Post Jl Jend Basuki Rahmat 1608 Palembang
Telp Kantor : 0711-313171, fax : 0711-312888
Email : lisma_sukardi@yahoo.co.id atau sriwijayapost@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
SD Tamansiswa II Sungaigerong tamat tahun 1987
SMP Yaktapena I Plaju tamat tahun 1990
SMA Yaktapena I Plaju tamat tahun 1993
Universitas Sriwijaya Fakultas Ekonomi tamat tahun 1998
Enhanching Motivation Pusdiklat Kompas Gramedia tahun 2007
PENGALAMAN KERJA
1997-1999 : sebagai peneliti di Yayasan Desa Nusantara (di bawah FE Unsri)
1999- Sekarang : sebagai jurnalis di Harian Umum Sriwijaya Post (Kompas Group)
Naskah 018
”Sampah Itu Sungguh Berarti: Pusri Pelopor Industri Pupuk Organik” dimuat di Harian Sriwijaya Post, Rabu, 10 Maret 2010
Total Nilai 401
Anggota DPD RI Ahmad Azis mendampingi Dirut PT Pusri Dadang Heru Kodri menyerahkah hadiah kepada juara VI.
Nama : Lisma Noviani
Tempat Tanggal Lahir : Sungaigerong, 15 November 1974
Pendidikan terakhir : Sarjana Ekonomi Universitas Sriwijaya
Pekerjaan : Jurnalis
Jabatan Sekarang : Redaktur Ekonomi
Alamat Rumah : Jl DI Panjaitan Lr Sunia No 51 Rt 35 Plaju Palembang
Telepon : 0711-543135/HP 08127807411
Alamat Kantor : Harian Umum Sriwijaya Post Jl Jend Basuki Rahmat 1608 Palembang
Telp Kantor : 0711-313171, fax : 0711-312888
Email : lisma_sukardi@yahoo.co.id atau sriwijayapost@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
SD Tamansiswa II Sungaigerong tamat tahun 1987
SMP Yaktapena I Plaju tamat tahun 1990
SMA Yaktapena I Plaju tamat tahun 1993
Universitas Sriwijaya Fakultas Ekonomi tamat tahun 1998
Enhanching Motivation Pusdiklat Kompas Gramedia tahun 2007
PENGALAMAN KERJA
1997-1999 : sebagai peneliti di Yayasan Desa Nusantara (di bawah FE Unsri)
1999- Sekarang : sebagai jurnalis di Harian Umum Sriwijaya Post (Kompas Group)
juara V
Arsep Pajario
Naskah 029
”Penantian Industri Pupuk Nasional”
Harian Sriwijaya Post, Sabtu, 13 Maret 2010
Total Nilai 404

NAMA : Arsep Pajario
Alamat : Palembang
Pekerjaan : Wartawan Sriwijaya Post
Pernah ngebit di kriminal, kesehatan, pemerintah kota dan ekonomi
Prestasi * Juara Tiga, Manfaat Vitamani A Untuk Kesehatan Mata Anak (Unicef/2005) * Juara Harapan Lomba Karya Jurnalis Indosat (2006) * Juara Tiga XL Jurnalis Award (2006) * JUara Tiga Lomba Supra X Nasional (2007) * Juara Tiga Karya Jurnalis HUT Telkomsel Tahun (2008) * Juara Jurnalis HUT Bank Sumsel (2008) * JUara Harapan Foto HUT Bank Sumsel (2008) * Juara Pertama Jurnalis Telkomsel Se Sumbagsel tahun (2009) * JUara Harapan Jurnalis Awar Bank SumselBabel tahun (2010)
Naskah 029
”Penantian Industri Pupuk Nasional”
Harian Sriwijaya Post, Sabtu, 13 Maret 2010
Total Nilai 404
NAMA : Arsep Pajario
Alamat : Palembang
Pekerjaan : Wartawan Sriwijaya Post
Pernah ngebit di kriminal, kesehatan, pemerintah kota dan ekonomi
Prestasi * Juara Tiga, Manfaat Vitamani A Untuk Kesehatan Mata Anak (Unicef/2005) * Juara Harapan Lomba Karya Jurnalis Indosat (2006) * Juara Tiga XL Jurnalis Award (2006) * JUara Tiga Lomba Supra X Nasional (2007) * Juara Tiga Karya Jurnalis HUT Telkomsel Tahun (2008) * Juara Jurnalis HUT Bank Sumsel (2008) * JUara Harapan Foto HUT Bank Sumsel (2008) * Juara Pertama Jurnalis Telkomsel Se Sumbagsel tahun (2009) * JUara Harapan Jurnalis Awar Bank SumselBabel tahun (2010)
juara IV
Juara III
Taufik Wijaya,
“Baru Setahun Dibina, Usaha Berkembang”
Beritamusi.Com, Sabtu, 13 Maret 2010
Nama : Taufik Wijaya Tempat/Tgl Lahir : Palembang, 25 Desember 1970 Alamat : Jalan RW Monginsidi No.101 RT.09, Kalidoni, Palembang Telp/HP : 0711-715078, 081532050282 Pekerjaan : Jurnalis dan pekerja seni
Kantor : Detik.com, dan menulis lepas di sejumlah media. Karya : Sastra:
1. Kumpulan Puisi "Krisis di Kamar Mandi" (1995) 2.Kumpulan Puisi "Dari Pesan Nyonya" (1996)
3. Novel Juaro (2006)
4. Novel Buntung (2008)
5. Kumpulan Sajak Digital "Aku Dimarahi Istri" (2009) 6. "Antologi de Poeticas", (kumpulan puisi penyair Portugal, Indonesia, dan Malaysia, 2009)
Teater:
1. Teater: "50 Tahun Ikan Asin di Dalam Kaos Kaki" (1995) 2. Teater: "Muria, Sandal Theklek Pucat di Dada" (1997) 3. Teater: "Sepakbola Betapa Indahnya" (2002)
4. Anggota Tim Dialog Teater: "Prasasti 13 Abad Sriwijaya" (2008, Erwan Suryanegara)
“Baru Setahun Dibina, Usaha Berkembang”
Beritamusi.Com, Sabtu, 13 Maret 2010
Nama : Taufik Wijaya Tempat/Tgl Lahir : Palembang, 25 Desember 1970 Alamat : Jalan RW Monginsidi No.101 RT.09, Kalidoni, Palembang Telp/HP : 0711-715078, 081532050282 Pekerjaan : Jurnalis dan pekerja seni
Kantor : Detik.com, dan menulis lepas di sejumlah media. Karya : Sastra:
1. Kumpulan Puisi "Krisis di Kamar Mandi" (1995) 2.Kumpulan Puisi "Dari Pesan Nyonya" (1996)
3. Novel Juaro (2006)
4. Novel Buntung (2008)
5. Kumpulan Sajak Digital "Aku Dimarahi Istri" (2009) 6. "Antologi de Poeticas", (kumpulan puisi penyair Portugal, Indonesia, dan Malaysia, 2009)
Teater:
1. Teater: "50 Tahun Ikan Asin di Dalam Kaos Kaki" (1995) 2. Teater: "Muria, Sandal Theklek Pucat di Dada" (1997) 3. Teater: "Sepakbola Betapa Indahnya" (2002)
4. Anggota Tim Dialog Teater: "Prasasti 13 Abad Sriwijaya" (2008, Erwan Suryanegara)
Juara II, Chamdan Purwoko dan Aprika R Hernanda
Chamdan Purwoko dan Aprika R Hernanda
PT Pusri Mencari Napas Baru” dimuat di Harian Bisnis Indonesia, 25 Oktober 2009
Aprika Rani Hernanda
Tempat, tanggal lahir: Yogyakarta, 8 September 1980
Alamat rumah: Apartemen Salemba Residence #2108 Jl. Salemba Tengah II No. 10 Jakarta Pusat Pendidikan terakhir: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
Pekerjaan: Wartawan
Alamat kantor: Bisnis Indonesia
Wisma Bisnis Indonesia Lt.7 Jl. KH Mas Mansyur 12A Karet Tengsin Jakarta Pusat
Jabatan: Desk Editor Agribisnis
PT Pusri Mencari Napas Baru” dimuat di Harian Bisnis Indonesia, 25 Oktober 2009
Aprika Rani Hernanda
Tempat, tanggal lahir: Yogyakarta, 8 September 1980
Alamat rumah: Apartemen Salemba Residence #2108 Jl. Salemba Tengah II No. 10 Jakarta Pusat Pendidikan terakhir: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
Pekerjaan: Wartawan
Alamat kantor: Bisnis Indonesia
Wisma Bisnis Indonesia Lt.7 Jl. KH Mas Mansyur 12A Karet Tengsin Jakarta Pusat
Jabatan: Desk Editor Agribisnis
Boni, Juara Pertama
Boni Dwi Pramudyanto
Naskah No 41, ”Pusri, Setengah Abad Mendampingi Musi” dimuat di Harian Kompas, tanggal 17 Maret 2010 Total Nilai 430
Biodata:
Nama : Boni Dwi Pramudyanto
Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 28 Februari 1980
Pendidikan : - SMA Pangudi Luhur Van Lith
- Universitas Sanata Dharma, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Yogyakarta
Domisili : Jalan Angkatan 45 Nomor H 28, Kota Palembang
Keluarga
Istri : Indrastuti
Anak : Renata Pranindra Tristania
Nama Orang Tua : FX Wiratmoko dan F Sri Widiyanti
Kakak : G Agung Nawa Prasetya
Adik : C Tri Yudo Prananto
Karir Jurnalistik
-Pekerjaan : Wartawan Harian Kompas
-Mulai bekerja : Tahun 2004
-Penempatan : 2004-2006 Bertugas di Yogyakarta
2006-2007 Bertugas di Madiun
2007-sekarang Bertugas di Palembang
Pengalaman jurnalistik:
*Peliput Ekspedisi Bengawan Solo digelar Harian Kompas tahun 2007
*Peliput Ekspedisi Jelajah Musi digelar Harian Kompas tahun 2010
*Tim peliput bencana nasional gempa bumi di DI Yogyakarta
*Meliput uji coba pembangunan pelabuhan
*Meliput program pertukaran tenaga kerja Indonesia di Macau
Naskah No 41, ”Pusri, Setengah Abad Mendampingi Musi” dimuat di Harian Kompas, tanggal 17 Maret 2010 Total Nilai 430
Biodata:
Nama : Boni Dwi Pramudyanto
Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 28 Februari 1980
Pendidikan : - SMA Pangudi Luhur Van Lith
- Universitas Sanata Dharma, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Yogyakarta
Domisili : Jalan Angkatan 45 Nomor H 28, Kota Palembang
Keluarga
Istri : Indrastuti
Anak : Renata Pranindra Tristania
Nama Orang Tua : FX Wiratmoko dan F Sri Widiyanti
Kakak : G Agung Nawa Prasetya
Adik : C Tri Yudo Prananto
Karir Jurnalistik
-Pekerjaan : Wartawan Harian Kompas
-Mulai bekerja : Tahun 2004
-Penempatan : 2004-2006 Bertugas di Yogyakarta
2006-2007 Bertugas di Madiun
2007-sekarang Bertugas di Palembang
Pengalaman jurnalistik:
*Peliput Ekspedisi Bengawan Solo digelar Harian Kompas tahun 2007
*Peliput Ekspedisi Jelajah Musi digelar Harian Kompas tahun 2010
*Tim peliput bencana nasional gempa bumi di DI Yogyakarta
*Meliput uji coba pembangunan pelabuhan
*Meliput program pertukaran tenaga kerja Indonesia di Macau
Pusri Berikan Apresiasi kepada Jurnalis
Wartawan Kompas Juara Pusri Jurnalistik Award
Setengah abad PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) telah mengabdi bagi negeri. Tepatnya pada 24 Desember 2009, genap 50 tahun Pusri turut mewarnai dan memberikan kontribusi untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan.
Dalam perjalanan selama ini, media massa memberikan sumbangsih yang tak sedikit bagi perkembangan perusahaan penghasil pupuk terbesar di Asean ini. Pada peringatan ulang tahun emas ini, Pusri mencoba memberikan apresiasi terhadap media massa. Khususnya melalui hajatan penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA) .
Dalam PJA kali ini setidaknya ada 55 naskah yang diterima oleh panitia penyelenggara namun hanya 42 naskah yang bisa dinilai. Pengumpulan naskah ini dilakukan sejak bulan Januari sampai bulan Maret 2010. Materi tulisan sesuai dengan tema dan subtema yang ditentukan dan materi tulisan yang dimuat di media, bukan merupakan press release maupun liputan event.
“Media yang ikut cukup beragam baik dari majalah, koran dan media online,”kata Ida Syahrul panitia pelaksana dari Media Lintas Informasi (MLI), Jumat (16/4).
Lebih lanjut, Ida mengatakan peserta PJA kali ini diikuti oleh jurnalis dari Sumatra dan Jawa, isu yang dominan menjadi perhatian jurnalis adalah soal ketersediaan gas untuk pabrik pusri lalu soal peranan pusri dalam keberlangsungan ketahanan pangan di Indonesia, permasalahan revitalisasi, serta kemitraan Pusri
Ketua Dewan Juri Mahmud Husen dari Kementrian BUMN mengatakan cukup surprise dengan banyaknya naskah yang masuk. Sebab dalam waktu singkat hanya sebulan saja panitia membuka pengumuman untuk lomba penulisan ini respon jurnalis cukup positif.
“Ini membuktikan bahwa Pusri cukup dekat tidak hanya di kalangan petani, tetapi juga dikenal terbuka dengan kalangan pers,”katanya.
Pemenang Pusri Jurnalistik Award sebagai berikut:
.JPG)
Pertama, peserta nomor naskah 41 dengan judul ”Pusri, Setengah Abad Mendampingi Musi” dimuat di Harian Kompas, tanggal 17 Maret 2010 oleh Boni Dwi Pramudyanto, sebagai Juara I dengan total nilai 430;

Kedua, peserta nomor naskah 013 dengan judul ”PT Pusri, Mencari Napas Baru” dimuat di Harian Bisnis Indonesia, 25 Oktober 2009 oleh Chamdan Purwoko dan Aprika R Hernanda, sebagai Juara II, dengan total nilai 417;

Ketiga, peserta nomor naskah 025 dengan judul ”Baru Setahun Dibina PT Pusri, Usahanya Berkembang” dimuat di Beritamusi.Com, oleh Taufik Wijaya, Sabtu, 13 Maret 2010, sebagai juara III, dengan total nilai 411;
Keempat, peserta nomor naskah 002 dengan judul ”Menanti Keseriusan Pemerintah Merevitalisasi Pusri” dimuat di Harian Sumsel Post, 17 Februari 2010 oleh Syarif Umar, sebagai juara IV, dengan total nilai 405;

Kelima, peserta naskah 029 dengan judul ”Penantian Industri Pupuk Nasional” dimuat di Harian Sriwijaya Post, Sabtu, 13 Maret 2010 oleh Arsep Pajario, sebagai juara V, dengan total nilai 404;

Keenam, peserta nomor naskah 018 dengan judul ”Sampah Itu Sungguh Berarti: Pusri Pelopor Industri Pupuk Organik” dimuat di Harian Sriwijaya Post, Rabu, 10 Maret 2010 oleh Lisma Noviani sebagai juara VI, dengan total nilai 401.
(rel)
Setengah abad PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) telah mengabdi bagi negeri. Tepatnya pada 24 Desember 2009, genap 50 tahun Pusri turut mewarnai dan memberikan kontribusi untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan.
Dalam perjalanan selama ini, media massa memberikan sumbangsih yang tak sedikit bagi perkembangan perusahaan penghasil pupuk terbesar di Asean ini. Pada peringatan ulang tahun emas ini, Pusri mencoba memberikan apresiasi terhadap media massa. Khususnya melalui hajatan penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA) .
Dalam PJA kali ini setidaknya ada 55 naskah yang diterima oleh panitia penyelenggara namun hanya 42 naskah yang bisa dinilai. Pengumpulan naskah ini dilakukan sejak bulan Januari sampai bulan Maret 2010. Materi tulisan sesuai dengan tema dan subtema yang ditentukan dan materi tulisan yang dimuat di media, bukan merupakan press release maupun liputan event.
“Media yang ikut cukup beragam baik dari majalah, koran dan media online,”kata Ida Syahrul panitia pelaksana dari Media Lintas Informasi (MLI), Jumat (16/4).
Lebih lanjut, Ida mengatakan peserta PJA kali ini diikuti oleh jurnalis dari Sumatra dan Jawa, isu yang dominan menjadi perhatian jurnalis adalah soal ketersediaan gas untuk pabrik pusri lalu soal peranan pusri dalam keberlangsungan ketahanan pangan di Indonesia, permasalahan revitalisasi, serta kemitraan Pusri
Ketua Dewan Juri Mahmud Husen dari Kementrian BUMN mengatakan cukup surprise dengan banyaknya naskah yang masuk. Sebab dalam waktu singkat hanya sebulan saja panitia membuka pengumuman untuk lomba penulisan ini respon jurnalis cukup positif.
“Ini membuktikan bahwa Pusri cukup dekat tidak hanya di kalangan petani, tetapi juga dikenal terbuka dengan kalangan pers,”katanya.
Pemenang Pusri Jurnalistik Award sebagai berikut:
Pertama, peserta nomor naskah 41 dengan judul ”Pusri, Setengah Abad Mendampingi Musi” dimuat di Harian Kompas, tanggal 17 Maret 2010 oleh Boni Dwi Pramudyanto, sebagai Juara I dengan total nilai 430;

Kedua, peserta nomor naskah 013 dengan judul ”PT Pusri, Mencari Napas Baru” dimuat di Harian Bisnis Indonesia, 25 Oktober 2009 oleh Chamdan Purwoko dan Aprika R Hernanda, sebagai Juara II, dengan total nilai 417;

Ketiga, peserta nomor naskah 025 dengan judul ”Baru Setahun Dibina PT Pusri, Usahanya Berkembang” dimuat di Beritamusi.Com, oleh Taufik Wijaya, Sabtu, 13 Maret 2010, sebagai juara III, dengan total nilai 411;
Keempat, peserta nomor naskah 002 dengan judul ”Menanti Keseriusan Pemerintah Merevitalisasi Pusri” dimuat di Harian Sumsel Post, 17 Februari 2010 oleh Syarif Umar, sebagai juara IV, dengan total nilai 405;

Kelima, peserta naskah 029 dengan judul ”Penantian Industri Pupuk Nasional” dimuat di Harian Sriwijaya Post, Sabtu, 13 Maret 2010 oleh Arsep Pajario, sebagai juara V, dengan total nilai 404;

Keenam, peserta nomor naskah 018 dengan judul ”Sampah Itu Sungguh Berarti: Pusri Pelopor Industri Pupuk Organik” dimuat di Harian Sriwijaya Post, Rabu, 10 Maret 2010 oleh Lisma Noviani sebagai juara VI, dengan total nilai 401.
(rel)
Kamis, 08 April 2010
Pupuk Naik, Petani Untung
Sinar Harapan, Kamis, 08 April 2010 13:15
Mentan: Pupuk Naik, Petani Tetap Untung
Bandar Lampung – Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengklaim kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi akan tetap menguntungkan petani
Ini dapat terjadi karena harga pembelian peme¬rintah (HPP) untuk gabah dan beras telah dinaikkan 10 persen sejak Januari lalu. Dijadwalkan, kenaikan HET pupuk akan diberlakukan mu¬lai Juni mendatang, dengan kisaran tidak lebih dari 50 persen.
“Kami mendapat informasi dari organisasi petani kenaikan sebesar itu tidak akan membe¬ratkan petani,” kata Sus¬¬wono usai meresmikan Kantor Pelayanan Karantina Per¬tanian Kelas 1 Bandar Lam¬pung Wilayah Kerja Bakau¬heni, Rabu (7/4) siang.
Bahkan, menurut Mentan, dengan kenaikan HET pupuk sebesar 50 persen, petani masih bisa memperoleh keuntungan Rp 1,2 juta per hektare. Soalnya, dari kenaikan harga tersebut, petani hanya membutuhkan tambahan biaya operasional untuk pupuk sekitar Rp 200.000 per hektare. “Jadi, kenaikan ini tidak akan memberatkan petani,” katanya meyakinkan.
Perkiraan penetapan ke¬¬nai¬¬kan HET pupuk tersebut, lanjut dia, sesuai usulan Kementerian Pertanian untuk menambah alokasi anggaran subsidi pupuk senilai Rp 4,2 triliun kepada DPR RI.
Mentan mengatakan, de¬ngan kenaikan HET yang akan diberlakukan tersebut memberikan peluang Kementerian Pertanian untuk menambah subsidi pupuk. Saat ini, menurut dia, Kementerian Pertanian sedang melakukan uji coba penyaluran pupuk secara langsung. Untuk sementara ini, itu baru dilakukan di Kabupaten Kerawang, Jawa Barat, sebagai salah satu daerah sentra beras di Indonesia.
(syafnijal datuk sinaro)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/mentan-pupuk-naik-petani-tetap-untung/?tx_ttnews[years]=2010&tx_ttnews[months]=04&tx_ttnews[days]=8&cHash=1ed844de91
Mentan: Pupuk Naik, Petani Tetap Untung
Bandar Lampung – Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengklaim kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi akan tetap menguntungkan petani
Ini dapat terjadi karena harga pembelian peme¬rintah (HPP) untuk gabah dan beras telah dinaikkan 10 persen sejak Januari lalu. Dijadwalkan, kenaikan HET pupuk akan diberlakukan mu¬lai Juni mendatang, dengan kisaran tidak lebih dari 50 persen.
“Kami mendapat informasi dari organisasi petani kenaikan sebesar itu tidak akan membe¬ratkan petani,” kata Sus¬¬wono usai meresmikan Kantor Pelayanan Karantina Per¬tanian Kelas 1 Bandar Lam¬pung Wilayah Kerja Bakau¬heni, Rabu (7/4) siang.
Bahkan, menurut Mentan, dengan kenaikan HET pupuk sebesar 50 persen, petani masih bisa memperoleh keuntungan Rp 1,2 juta per hektare. Soalnya, dari kenaikan harga tersebut, petani hanya membutuhkan tambahan biaya operasional untuk pupuk sekitar Rp 200.000 per hektare. “Jadi, kenaikan ini tidak akan memberatkan petani,” katanya meyakinkan.
Perkiraan penetapan ke¬¬nai¬¬kan HET pupuk tersebut, lanjut dia, sesuai usulan Kementerian Pertanian untuk menambah alokasi anggaran subsidi pupuk senilai Rp 4,2 triliun kepada DPR RI.
Mentan mengatakan, de¬ngan kenaikan HET yang akan diberlakukan tersebut memberikan peluang Kementerian Pertanian untuk menambah subsidi pupuk. Saat ini, menurut dia, Kementerian Pertanian sedang melakukan uji coba penyaluran pupuk secara langsung. Untuk sementara ini, itu baru dilakukan di Kabupaten Kerawang, Jawa Barat, sebagai salah satu daerah sentra beras di Indonesia.
(syafnijal datuk sinaro)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/mentan-pupuk-naik-petani-tetap-untung/?tx_ttnews[years]=2010&tx_ttnews[months]=04&tx_ttnews[days]=8&cHash=1ed844de91
Rabu, 17 Maret 2010
PJA Diperpanjang
Pemuatan naskah yang semula hanya sebatas 15 Maret 2010 di perpanjang hingga 20 Maret 2010. Sampai saat ini tercatat 54 naskah yang masuk ke panitia. Namun berdasarkan seleksi awal, hanya 41 yang bisa diteruskan ke tim juri. Salam, MLI
Minggu, 14 Maret 2010
Holding Pupuk Terbentuk
Sinar Harapan, Sabtu, 30 Januari 2010 11:10
Perusahaan ”Holding” Pupuk Segera Terbentuk
Jakarta - Dalam rangka revitalisasi industri pupuk nasional, pemerintah mengaku sudah merampungkan konsep holding untuk lima pabrik pupuk pelat merah.
Langkah selanjutnya pemerintah tinggal memutuskan format holding yang akan digunakan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar mengatakan, ada dua alternatif yang masih dalam pembahasan intensif untuk segera diputuskan. Alternatif pertama dibentuk perusahaan holding baru yang membawahi kelima pabrik pupuk BUMN. “Sedangkan alternatif kedua, Pusri (PT Pupuk Sriwijaya-red) akan menjadi holding. Pabriknya akan di-spin off, sehingga ia akan membawahi lima pabrik pupuk yang ada,” jelas Mustafa di Kantornya, Jakarta, Jumat (29/1).
Kendati soal ini masih dikaji oleh komite kebijakan publik, namun dari aspek legalitas, menurut Mustafa format yang paling mudah dilakukan adalah alternatif kedua. Ini karena tidak terlalu banyak yang harus dilakukan selain pembenahan secara menyeluruh.
Sekadar informasi, sesungguhnya, pembentukan holding BUMN pupuk tersebut sudah dilakukan ketika Kementerian BUMN di bawah Menteri BUMN Sugiharto. Sejak saat itu yang bertindak sebagai holding atau induk usaha adalah PT Pusri. “Dulu itu holding-holdingan karena haram hukumnya jika anak usaha bertindak sebagai induk,” kata Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu.
Saat ini holding yang dimaksud adalah holding sesungguhnya dengan konsep yang profesional dan sesuai peraturan. “Kami minta di-holding secara penuh. Kalau sudah selesai, nanti manajemennya akan kita refresh, karena hampir semua sudah akan habis masa jabatannya,” tandas Mustafa.
Awalnya, Kementerian BUMN optimistis pembentukan holding BUMN bakal rampung di akhir tahun lalu. Namun, masih ada sejumlah hal yang menjadi ganjalan. Selain belum satu visi, masalah pajak yang juga jadi persoalan yang cukup krusial. Pajak yang menjadi masalah atas pembentukan holding industri pupuk berupa pajak pengalihan aset dan pajak pengalihan tenaga kerja.
Bentuk Perusahaan Baru
Terkait dengan masalah pajak, sebelumnya Direktur Utama Pusri Holding Dadang Kodri, memiliki pendapat yang berbeda dengan Mustafa. Menurut Dadang, dari kedua opsi tersebut, perusahaan pupuk lebih memilih membentuk perusahaan baru sebagai holding. “Karena tidak menimbulkan konsekuensi pada pajak,” tuturnya.
Jika usulan mengambil opsi new company disetujui, ia memperkirakan holding pupuk akan terealisasi sepenuhnya pada semester pertama tahun depan. Dengan terbentuknya holding pupuk yang membawahi lima pabrik pupuk di antaranya PT Pusri, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Kujang, PT Petro Kimia Gresik dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), maka aset holding diperkirakan bisa mencapai Rp 34 triliun. Aset PT Pusri saat ini mencapai Rp 14 triliun. (cr-7)
Perusahaan ”Holding” Pupuk Segera Terbentuk
Jakarta - Dalam rangka revitalisasi industri pupuk nasional, pemerintah mengaku sudah merampungkan konsep holding untuk lima pabrik pupuk pelat merah.
Langkah selanjutnya pemerintah tinggal memutuskan format holding yang akan digunakan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar mengatakan, ada dua alternatif yang masih dalam pembahasan intensif untuk segera diputuskan. Alternatif pertama dibentuk perusahaan holding baru yang membawahi kelima pabrik pupuk BUMN. “Sedangkan alternatif kedua, Pusri (PT Pupuk Sriwijaya-red) akan menjadi holding. Pabriknya akan di-spin off, sehingga ia akan membawahi lima pabrik pupuk yang ada,” jelas Mustafa di Kantornya, Jakarta, Jumat (29/1).
Kendati soal ini masih dikaji oleh komite kebijakan publik, namun dari aspek legalitas, menurut Mustafa format yang paling mudah dilakukan adalah alternatif kedua. Ini karena tidak terlalu banyak yang harus dilakukan selain pembenahan secara menyeluruh.
Sekadar informasi, sesungguhnya, pembentukan holding BUMN pupuk tersebut sudah dilakukan ketika Kementerian BUMN di bawah Menteri BUMN Sugiharto. Sejak saat itu yang bertindak sebagai holding atau induk usaha adalah PT Pusri. “Dulu itu holding-holdingan karena haram hukumnya jika anak usaha bertindak sebagai induk,” kata Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu.
Saat ini holding yang dimaksud adalah holding sesungguhnya dengan konsep yang profesional dan sesuai peraturan. “Kami minta di-holding secara penuh. Kalau sudah selesai, nanti manajemennya akan kita refresh, karena hampir semua sudah akan habis masa jabatannya,” tandas Mustafa.
Awalnya, Kementerian BUMN optimistis pembentukan holding BUMN bakal rampung di akhir tahun lalu. Namun, masih ada sejumlah hal yang menjadi ganjalan. Selain belum satu visi, masalah pajak yang juga jadi persoalan yang cukup krusial. Pajak yang menjadi masalah atas pembentukan holding industri pupuk berupa pajak pengalihan aset dan pajak pengalihan tenaga kerja.
Bentuk Perusahaan Baru
Terkait dengan masalah pajak, sebelumnya Direktur Utama Pusri Holding Dadang Kodri, memiliki pendapat yang berbeda dengan Mustafa. Menurut Dadang, dari kedua opsi tersebut, perusahaan pupuk lebih memilih membentuk perusahaan baru sebagai holding. “Karena tidak menimbulkan konsekuensi pada pajak,” tuturnya.
Jika usulan mengambil opsi new company disetujui, ia memperkirakan holding pupuk akan terealisasi sepenuhnya pada semester pertama tahun depan. Dengan terbentuknya holding pupuk yang membawahi lima pabrik pupuk di antaranya PT Pusri, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Pupuk Kujang, PT Petro Kimia Gresik dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), maka aset holding diperkirakan bisa mencapai Rp 34 triliun. Aset PT Pusri saat ini mencapai Rp 14 triliun. (cr-7)
Kamis, 11 Maret 2010
Urea Bisa Jadi Bom
Awas, Pupuk Urea Bisa Jadi Bom
Laporan wartawan KOMPAS Herpin Dewanto Putro
Jumat, 7 Agustus 2009 | 13:31 WIB
SEMARANG, KOMPAS.com - Pupuk urea ternyata dapat dijadikan bahan untuk membuat bom. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada jika di lingkungannya mendapati penggunaan pupuk urea yang mencurigakan.
Hal itu disampaikan Panglima Komando Daerah IV Mayor Jenderal Hariyadi Soetanto, Jumat (7/8) di Semarang. "Kami sudah menyebarkan pengetahuan tentang pupuk urea itu kepada masyarakat," kata Hariyadi.
Menurut Hariyadi, dengan mengetahui berbagai bahan yang dapat dirakit menjadi bom, masyarakat semakin peka untuk mengawasi lingkungannya. Hariyadi menilai, kejadian bom JW Marriott-Ritz Carlton terjadi karena ketidakpekaan satuan pengaman. Pelaku membawa bahan-bahan peledak yang tidak terdeteksi sebagai bom kemudian dirakit menjadi bom dan diledakkan di dalam hotel.
"Jika ada seseorang yang memiliki banyak bahan seperti pupuk urea dalam jumlah besar dan barang itu tidak ada kaitannya dengan profesi pemiliknya, maka orang itu patut dicurigai," kata Hariyadi.
Laporan wartawan KOMPAS Herpin Dewanto Putro
Jumat, 7 Agustus 2009 | 13:31 WIB
SEMARANG, KOMPAS.com - Pupuk urea ternyata dapat dijadikan bahan untuk membuat bom. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada jika di lingkungannya mendapati penggunaan pupuk urea yang mencurigakan.
Hal itu disampaikan Panglima Komando Daerah IV Mayor Jenderal Hariyadi Soetanto, Jumat (7/8) di Semarang. "Kami sudah menyebarkan pengetahuan tentang pupuk urea itu kepada masyarakat," kata Hariyadi.
Menurut Hariyadi, dengan mengetahui berbagai bahan yang dapat dirakit menjadi bom, masyarakat semakin peka untuk mengawasi lingkungannya. Hariyadi menilai, kejadian bom JW Marriott-Ritz Carlton terjadi karena ketidakpekaan satuan pengaman. Pelaku membawa bahan-bahan peledak yang tidak terdeteksi sebagai bom kemudian dirakit menjadi bom dan diledakkan di dalam hotel.
"Jika ada seseorang yang memiliki banyak bahan seperti pupuk urea dalam jumlah besar dan barang itu tidak ada kaitannya dengan profesi pemiliknya, maka orang itu patut dicurigai," kata Hariyadi.
Dahulukan pabrik pupuk nasional
Dahulukan Industri Pupuk Nasional
Kamis, 11 Maret 2010
Sriwijaya Post - PALEMBANG - Ketidakpastian pasokan gas untuk industri pupuk nasional mendapat perhatian serius Komisi VI DPR. Komisi yang membidangi BUMN ini menyuarakan agar pemerintah memprioritaskan kebutuhan industri pupuk demi menunjang program ketahanan pangan nasional.
Hal itu dikemukakan oleh para wakil rakyat dalam pertemuan dengan jajaraan Direksi PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) di Graha Pusri, Rabu (10/3). Dalam pertemuan itu, Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri menjelaskan, tentang jaminan pasokan gas sebagai bahan baku pupuk yang kini menjadi masalah BUMN pupuk.
Kendala yang dihadapi industri pupuk nasional saat ini adalah masalah umur pabrik pupuk yang sudah tua, konsumsi gas yang tinggi dan boros dibanding dengan pabrik generasi baru dan jaminan gas bumi jangka panjang yang belum ada, serta dana equity terbatas,” papar Dadang.
Menanggapi masalah kelangkaan pasokan gas untuk industri pupuk, anggota Komisi VI DPR Dodi Reza Alex meminta pemerintah agar membantu memecahkan masalah yang tengah dihadapi saat ini. “Kebutuhan gas untuk industri pupuk harus diperjuangkan atau cari alternatif lain,”katanya.
Menurut Dodi, Komisi VI akan mendesak pemerintah agar lebih memprioritaskan pengalokasian gas untuk industri pupuk. “Harus ada kepastian, minimal untuk 5 tahun. Sehingga industri pupuk bisa bekerja dengan optimal,” katanya.
Dodi menegaskan satu hal yang tak dapat diterima jika negeri yang memiliki sumber gas, malah industri pupuknya kesulitan mendapatkan bahan baku gas. “Intinya harus ada perhatian serius
dari pemerintah. Mana yang mesti diprioritaskan, apakah mengejar pendapatan dari ekspor atau pemenuhan kebutuhan pupuk nasional yang terkait dengan hajat masyarakat petani,” katanya.
Sementara itu anggota Komisi VI Edhy Prabowo mendesak pemerintah memenuhi dulu kebutuhan gas dalam negeri. “Walau ada kontrak jangka panjang, kebutuhan gas dalam negeri harus dipenuhi lebih dulu. Akibat kelangkan pasokan gas, yang terganggu bukan hanya industri pupuk tetapi juga industri lainnya yang menggunakan gas, seperti industri keramik,” ujarnya.
Sekretaris Fraksi Partai Gerindra itu menegaskan, alokasi gas harus diatur kembali. Harus dihitung kembali seberapa banyak industri pupuk menghabiskan gas dibanding industri lain dan ekspor. Kalau perlu kita jangan melakukan ekspor dulu sampai kebutuhan gas dalam negeri terpenuhi.
Sementara itu menurut Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri, kondisi atau neraca gas untuk PT Pupuk Kaltim dan PT Petrokimia Gresik adalah positif, sementara BUMN pupuk lainnya, PT Pusri, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Pupuk Kujang dalam kondisi negatif. sripo. (azr)
Kamis, 11 Maret 2010
Sriwijaya Post - PALEMBANG - Ketidakpastian pasokan gas untuk industri pupuk nasional mendapat perhatian serius Komisi VI DPR. Komisi yang membidangi BUMN ini menyuarakan agar pemerintah memprioritaskan kebutuhan industri pupuk demi menunjang program ketahanan pangan nasional.
Hal itu dikemukakan oleh para wakil rakyat dalam pertemuan dengan jajaraan Direksi PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) di Graha Pusri, Rabu (10/3). Dalam pertemuan itu, Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri menjelaskan, tentang jaminan pasokan gas sebagai bahan baku pupuk yang kini menjadi masalah BUMN pupuk.
Kendala yang dihadapi industri pupuk nasional saat ini adalah masalah umur pabrik pupuk yang sudah tua, konsumsi gas yang tinggi dan boros dibanding dengan pabrik generasi baru dan jaminan gas bumi jangka panjang yang belum ada, serta dana equity terbatas,” papar Dadang.
Menanggapi masalah kelangkaan pasokan gas untuk industri pupuk, anggota Komisi VI DPR Dodi Reza Alex meminta pemerintah agar membantu memecahkan masalah yang tengah dihadapi saat ini. “Kebutuhan gas untuk industri pupuk harus diperjuangkan atau cari alternatif lain,”katanya.
Menurut Dodi, Komisi VI akan mendesak pemerintah agar lebih memprioritaskan pengalokasian gas untuk industri pupuk. “Harus ada kepastian, minimal untuk 5 tahun. Sehingga industri pupuk bisa bekerja dengan optimal,” katanya.
Dodi menegaskan satu hal yang tak dapat diterima jika negeri yang memiliki sumber gas, malah industri pupuknya kesulitan mendapatkan bahan baku gas. “Intinya harus ada perhatian serius
dari pemerintah. Mana yang mesti diprioritaskan, apakah mengejar pendapatan dari ekspor atau pemenuhan kebutuhan pupuk nasional yang terkait dengan hajat masyarakat petani,” katanya.
Sementara itu anggota Komisi VI Edhy Prabowo mendesak pemerintah memenuhi dulu kebutuhan gas dalam negeri. “Walau ada kontrak jangka panjang, kebutuhan gas dalam negeri harus dipenuhi lebih dulu. Akibat kelangkan pasokan gas, yang terganggu bukan hanya industri pupuk tetapi juga industri lainnya yang menggunakan gas, seperti industri keramik,” ujarnya.
Sekretaris Fraksi Partai Gerindra itu menegaskan, alokasi gas harus diatur kembali. Harus dihitung kembali seberapa banyak industri pupuk menghabiskan gas dibanding industri lain dan ekspor. Kalau perlu kita jangan melakukan ekspor dulu sampai kebutuhan gas dalam negeri terpenuhi.
Sementara itu menurut Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri, kondisi atau neraca gas untuk PT Pupuk Kaltim dan PT Petrokimia Gresik adalah positif, sementara BUMN pupuk lainnya, PT Pusri, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Pupuk Kujang dalam kondisi negatif. sripo. (azr)
Distribusi Amburadul, Pupuk Mahal
Distribusi Amburadul, Pupuk Mahal
• Media Indonesia, 11 Mar 2010
Pro kontra penaikan harga pupuk masih berlangsung di sejumlah daerah.
Bagus H Pratomo
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau meminta pemerintah memperbaiki matarantai distribusi pupuk sebelum menaikkan harga. Ketua Apkasindo Rokan Hulu Ardiman Daulay berpendapat selama ini sistem pendistribusian pupuk subsidi masih lemah sehingga harganya hingga ke petani melambung berkali lipat.
Ia mencontohkan, untuk pupuk urea, seharusnya harga subsidi sekitar Rp60 ribu per karung (isi 50 kg). Namun, hingga ke tangan petani harganya bisa mencapai RplOO ribu, bahkan ada yang sampai Rpl50 ribu per karung. "Ini terjadi karena terlalu panjangnya mata rantai pendistribusian pupuk tersebut hingga ke tangan petani," ujarnya, kemarin.
Kondisi yang sama, lanjut Ardiman, juga terjadi pada pupuk NPK yang normalnya dijual seharga Rpl25 ribu per karung. Namun, karena panjangnya rantai pendistribusian, harga di petani bisa mencapai Rp210 ribu per karung. Pernyataan yang nyaris sama dinyatakan anggota Komisi B DPRD Kabupaten Malang, Jawa Timur, Syamsul Hadi. Ia mengutarakan, petani di daerahnya tidak keberatan dengan penaikan HET pupuk urea hingga 50% dengan catatan pemerintah bisa menjamin ketersediaan pupuk.
Sementara itu, Sekretaris Tim Koordinasi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), Mukodam mengutarakan, pihaknya akan memperketat pendistribusian pupuk dengan melibatkan para camat.
Pengetatan pengawasan sengaja dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya spekulan dan terjadinya kelangkaan pupuk, khususnya urea yang akan bakal naik harganya. Ketua Umum Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan pentingnya pengawasan lantaran momentum penaikan HET pupuk urea bersubsidi per April mendatang sebesar 50% memang sangat rentan terhadap tindakan penimbunan oleh para pedagang spekulan. Pasalnya, melalui skema itu, hanya petani-petani yang terdaftar yang mendapat alokasi pembelian pupuk.
Tolak penaikan
Sementara itu, penolakan penaikan harga pupuk datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Temanggung, Jateng. "Kita berharap usul penambahan anggaran subsidi pupuk yang sekarang masih digodok pemerintah disetujui sehingga kenaikan harga pupuk tidak terjadi," kata Kepala Dinas Pertanian Kalsel Yohanes Sriyono.
Menurut Sriyono, penolakan kebijakan penaikan harga pupuk tersebut didasarkan pada kondisi para petani yang sebagian besar tergolong miskin sehingga naiknya harga pupuk menjadi beban. Jika penaikan harga pupuk tidak dapat dihindari, pemerintah wajib menaikkan harga gabah petani.
Di Temanggung, petani menolak keras rencana penaikan HET pupuk. Yanto, 50, petani di Kecamatan Kledung, menyatakan rencana penaikan harga pupuk akan makin membebani petani. Pasalnya, biaya produksi otomatis akan makin tinggi.
"Kalau harga pupuk naik sampai 50%, otomatis biaya produksi dari sejak penanaman hingga panen pun akan makin tinggi. Padahal harga gabah dan beras justru turun." (Tim/N-1)
bagushimawan
• Media Indonesia, 11 Mar 2010
Pro kontra penaikan harga pupuk masih berlangsung di sejumlah daerah.
Bagus H Pratomo
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau meminta pemerintah memperbaiki matarantai distribusi pupuk sebelum menaikkan harga. Ketua Apkasindo Rokan Hulu Ardiman Daulay berpendapat selama ini sistem pendistribusian pupuk subsidi masih lemah sehingga harganya hingga ke petani melambung berkali lipat.
Ia mencontohkan, untuk pupuk urea, seharusnya harga subsidi sekitar Rp60 ribu per karung (isi 50 kg). Namun, hingga ke tangan petani harganya bisa mencapai RplOO ribu, bahkan ada yang sampai Rpl50 ribu per karung. "Ini terjadi karena terlalu panjangnya mata rantai pendistribusian pupuk tersebut hingga ke tangan petani," ujarnya, kemarin.
Kondisi yang sama, lanjut Ardiman, juga terjadi pada pupuk NPK yang normalnya dijual seharga Rpl25 ribu per karung. Namun, karena panjangnya rantai pendistribusian, harga di petani bisa mencapai Rp210 ribu per karung. Pernyataan yang nyaris sama dinyatakan anggota Komisi B DPRD Kabupaten Malang, Jawa Timur, Syamsul Hadi. Ia mengutarakan, petani di daerahnya tidak keberatan dengan penaikan HET pupuk urea hingga 50% dengan catatan pemerintah bisa menjamin ketersediaan pupuk.
Sementara itu, Sekretaris Tim Koordinasi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KP3) Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), Mukodam mengutarakan, pihaknya akan memperketat pendistribusian pupuk dengan melibatkan para camat.
Pengetatan pengawasan sengaja dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya spekulan dan terjadinya kelangkaan pupuk, khususnya urea yang akan bakal naik harganya. Ketua Umum Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan pentingnya pengawasan lantaran momentum penaikan HET pupuk urea bersubsidi per April mendatang sebesar 50% memang sangat rentan terhadap tindakan penimbunan oleh para pedagang spekulan. Pasalnya, melalui skema itu, hanya petani-petani yang terdaftar yang mendapat alokasi pembelian pupuk.
Tolak penaikan
Sementara itu, penolakan penaikan harga pupuk datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Temanggung, Jateng. "Kita berharap usul penambahan anggaran subsidi pupuk yang sekarang masih digodok pemerintah disetujui sehingga kenaikan harga pupuk tidak terjadi," kata Kepala Dinas Pertanian Kalsel Yohanes Sriyono.
Menurut Sriyono, penolakan kebijakan penaikan harga pupuk tersebut didasarkan pada kondisi para petani yang sebagian besar tergolong miskin sehingga naiknya harga pupuk menjadi beban. Jika penaikan harga pupuk tidak dapat dihindari, pemerintah wajib menaikkan harga gabah petani.
Di Temanggung, petani menolak keras rencana penaikan HET pupuk. Yanto, 50, petani di Kecamatan Kledung, menyatakan rencana penaikan harga pupuk akan makin membebani petani. Pasalnya, biaya produksi otomatis akan makin tinggi.
"Kalau harga pupuk naik sampai 50%, otomatis biaya produksi dari sejak penanaman hingga panen pun akan makin tinggi. Padahal harga gabah dan beras justru turun." (Tim/N-1)
bagushimawan
Soal Pupuk, Petani Harus Mandiri
Terkait Pupuk Petani Didorong Lebih Mandiri
12 Mar 2010
* Media Indonesia
* Nasional
MENYONGSONG penaikan harga pupuk kimia hingga 50%, para petani di daerah didorong untuk tidak bergantung pada penggunaan pupuk anorganik tersebut.Pada April mendatang, penaikan harga pupuk urea hingga 50%, dari Rpl.200 per kg menjadi Rpl .800 per kg. Hal itu membuat Kontak Tani NelayanAndalan (KTNA) Banyumas, Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat, mendorong petani untuk beralih menggunakan pupuk organik.
Pemerintah juga secara berkala akan mencabut subsidi pupuk sampai total, tidak ada subsidi pada 2014 mendatang. "Jadi, petani harus mempersiapkan diri mulai sekarang," ujar Ketua KTNA Banyumas Muntohar, kemarin.Untuk itu, para petani perlu terus dibimbing meninggalkan pupuk an organik secara bertahap. Karena sebetulnya pupuk organik lebih murah dan mampu menjadikan tanah lebih subur.Petani memang mulai banyak yang beralih menggunakan pupuk organik, karena dirasa lebih irit. Sebab, setiap kg pupuk organik hanya dijual Rp500.
Dajam menyikapi penaikan harga pupuk, petani di Madiun, Ponorogo, dan Ngawi, Jawa Timur, mulai mengurangi penggunaan pupuk urea dan berangsur-angsur berganti dengan pupuk organik.Ketua KTNA Kabupaten Madiun, Suharno, mengatakan penggunaan pupuk urea dikurangi dari yang biasanya 5 kuintal per hektare menjadi hanya 3 kuintal untuk setiap hektarenya.Sebagai gantinya penggunaan pupuk organik ditingkatkan dari yang biasa 2,5 kuintal menjadi 4 kuintal hingga 5 kuintal per hektare. Sebanyak 22.500 petani di Madiun bersiap untuk beralih menggunakan pupuk organik.Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kalimantan Barat menolak penaikan harga eceran pupuk. Berbeda halnya dengan petani di NTT, masih mencari format yang tepat untuk mengurangi beban petani.Dari Medan, dilaporkan 12 kabupaten/kota di Sumatra Utara justru belum menerima pupuk bersubsidi. (Tim/N-2)
12 Mar 2010
* Media Indonesia
* Nasional
MENYONGSONG penaikan harga pupuk kimia hingga 50%, para petani di daerah didorong untuk tidak bergantung pada penggunaan pupuk anorganik tersebut.Pada April mendatang, penaikan harga pupuk urea hingga 50%, dari Rpl.200 per kg menjadi Rpl .800 per kg. Hal itu membuat Kontak Tani NelayanAndalan (KTNA) Banyumas, Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat, mendorong petani untuk beralih menggunakan pupuk organik.
Pemerintah juga secara berkala akan mencabut subsidi pupuk sampai total, tidak ada subsidi pada 2014 mendatang. "Jadi, petani harus mempersiapkan diri mulai sekarang," ujar Ketua KTNA Banyumas Muntohar, kemarin.Untuk itu, para petani perlu terus dibimbing meninggalkan pupuk an organik secara bertahap. Karena sebetulnya pupuk organik lebih murah dan mampu menjadikan tanah lebih subur.Petani memang mulai banyak yang beralih menggunakan pupuk organik, karena dirasa lebih irit. Sebab, setiap kg pupuk organik hanya dijual Rp500.
Dajam menyikapi penaikan harga pupuk, petani di Madiun, Ponorogo, dan Ngawi, Jawa Timur, mulai mengurangi penggunaan pupuk urea dan berangsur-angsur berganti dengan pupuk organik.Ketua KTNA Kabupaten Madiun, Suharno, mengatakan penggunaan pupuk urea dikurangi dari yang biasanya 5 kuintal per hektare menjadi hanya 3 kuintal untuk setiap hektarenya.Sebagai gantinya penggunaan pupuk organik ditingkatkan dari yang biasa 2,5 kuintal menjadi 4 kuintal hingga 5 kuintal per hektare. Sebanyak 22.500 petani di Madiun bersiap untuk beralih menggunakan pupuk organik.Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kalimantan Barat menolak penaikan harga eceran pupuk. Berbeda halnya dengan petani di NTT, masih mencari format yang tepat untuk mengurangi beban petani.Dari Medan, dilaporkan 12 kabupaten/kota di Sumatra Utara justru belum menerima pupuk bersubsidi. (Tim/N-2)
Pusri Target 7 Ton Urea
Pusri Targetkan 7 Ton Urea
Diterbitkan BUMN Track pada 11 Januari 2010 oleh Nurmimi
PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) menargetkan produksi pupuk urea 2010 tumbuh tiga persen menjadi 7 juta ton dibanding 2009 sekitar 6,8 juta ton.
“Kinerja produksi perseroan pada tahun ini diperkirakan melonjak, ditopang pertumbuhan pangsa pasar, harga dan kompensasi yang dibayarkan pemerintah lewat program subsidi pupuk,” kata Direktur Utama Pusri Dadang Heru Kodri.
Usai menyaksikan penandatanganan kerjasama pembangunan pabrik pupuk Petrokimia Gresik dengan Jordan Phospate Mines Co. Ltd, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin, Dadang mengatakan, selain urea, Pusri juga mematok pupuk NPK tumbuh 70 persen menjadi 2,2 juta ton dari sebelumnya 1,3 juta ton.
Pertumbuhan produksi pupuk Pusri didorong jaminan ketersediaan pasokan gas. Dengan peningkatan produksi tersebut, diperkirakan pendapatan 2010 tumbuh 30 persen dibanding 2009, katanya.
Meski begitu, Dadang tidak bersedia menyebutkan nilai pendapatan 2010 yang akan disasar, karena audit laporan keuangan 2009 belum tuntas.
“Tunggu selesai dulu (audit) baru angkanya kami sampaikan, karena harus kami pertanggungjawabkan juga kepada BPKP dan pihak terkait lainnya,” katanya.
Peningkatan kapasitas produksi diperkirakan menjadi salah satu alasan peningkatan pendapatan perusahaan. “Target-target yang ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) optimistis dapat dipenuhi, sepanjang tidak terkendala pasokan gas,” ujarnya.(*)
Diterbitkan BUMN Track pada 11 Januari 2010 oleh Nurmimi
PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) menargetkan produksi pupuk urea 2010 tumbuh tiga persen menjadi 7 juta ton dibanding 2009 sekitar 6,8 juta ton.
“Kinerja produksi perseroan pada tahun ini diperkirakan melonjak, ditopang pertumbuhan pangsa pasar, harga dan kompensasi yang dibayarkan pemerintah lewat program subsidi pupuk,” kata Direktur Utama Pusri Dadang Heru Kodri.
Usai menyaksikan penandatanganan kerjasama pembangunan pabrik pupuk Petrokimia Gresik dengan Jordan Phospate Mines Co. Ltd, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin, Dadang mengatakan, selain urea, Pusri juga mematok pupuk NPK tumbuh 70 persen menjadi 2,2 juta ton dari sebelumnya 1,3 juta ton.
Pertumbuhan produksi pupuk Pusri didorong jaminan ketersediaan pasokan gas. Dengan peningkatan produksi tersebut, diperkirakan pendapatan 2010 tumbuh 30 persen dibanding 2009, katanya.
Meski begitu, Dadang tidak bersedia menyebutkan nilai pendapatan 2010 yang akan disasar, karena audit laporan keuangan 2009 belum tuntas.
“Tunggu selesai dulu (audit) baru angkanya kami sampaikan, karena harus kami pertanggungjawabkan juga kepada BPKP dan pihak terkait lainnya,” katanya.
Peningkatan kapasitas produksi diperkirakan menjadi salah satu alasan peningkatan pendapatan perusahaan. “Target-target yang ditetapkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) optimistis dapat dipenuhi, sepanjang tidak terkendala pasokan gas,” ujarnya.(*)
Pupuk Organik Ditingkatkan
INDUSTRI PUPUK
Produksi Organik Ditingkatkan
Kompas, Sabtu, 6 Maret 2010 | 02:55 WIB
Palembang, Kompas - PT Pupuk Sriwidjaja optimistis mampu memproduksi sekaligus mendistribusikan 180.000 ton pupuk organik bersubsidi selama tahun 2010. Pupuk yang berfungsi mengembalikan keseimbangan unsur hara akan diproduksi dengan pola kemitraan bersama perusahaan swasta.
Demikian disampaikan Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Bowo Kuntohadi, Jumat (5/3) di Palembang.
Berdasarkan data PT Pusri, kebutuhan dan produksi pupuk organik secara nasional mencapai 910.000 ton. Dari total kebutuhan itu, PT Pusri ditugaskan memproduksi 180.000 ton. Adapun selama tahun 2009, produksi pupuk organik Pusri baru sekitar 5.000 ton.
Produksi belum digenjot karena sifat program pupuk organik masih dalam tahap uji coba. Melalui keputusan pemerintah, pupuk organik bersubsidi dijual Rp 500 per kilogram kepada petani.
Ditambahkan, Pusri saat ini sudah menyepakati program kerja sama produksi dengan 42 mitra atau perusahaan swasta. Nantinya perusahaan swasta inilah yang akan membuat pupuk organik sesuai dengan kapasitas maksimal. Adapun PT Pusri berkewajiban membeli produk tersebut.
”Setelah dibeli, kami juga harus memasarkannya ke mata rantai distribusi pertanian, mulai dari distributor sampai pengecer hingga ke petani,” kata Bowo.
Perkembangan ekspor
Ditanya soal perkembangan ekspor pupuk urea, Bowo menjawab, sampai akhir tahun 2009, masih ada sisa kuota sebanyak 51.000 ton, dari total kuota yang diizinkan pemerintah 196.000 ton. Sisa kuota itu telah diekspor lagi pada Februari 2010.
”Meski demikian, perlu dicatat juga bahwa ekspor urea ini baru bisa dilakukan tanpa halangan dengan mempertimbangkan dua aspek, yakni ada kelebihan produksi serta kebutuhan untuk sektor pertanian padi dan perkebunan di dalam negeri yang sudah terpenuhi lebih dulu,” papar Bowo.
Ditegaskan, belum terpenuhinya kuota ekspor urea pada tahun 2009 bukan berarti kinerja PT Pusri tidak optimal. Menurut Bowo, hal tersebut karena kendala teknis pengangkutan. Sampai sekarang, sebagian kapal pengangkut pupuk urea milik PT Pusri lebih diprioritaskan untuk mendukung aktivitas distribusi pupuk urea bersubsidi. Solusinya, perlu tambahan kapal melalui pembelian dan perbaikan kapal rusak. (ONI)
Produksi Organik Ditingkatkan
Kompas, Sabtu, 6 Maret 2010 | 02:55 WIB
Palembang, Kompas - PT Pupuk Sriwidjaja optimistis mampu memproduksi sekaligus mendistribusikan 180.000 ton pupuk organik bersubsidi selama tahun 2010. Pupuk yang berfungsi mengembalikan keseimbangan unsur hara akan diproduksi dengan pola kemitraan bersama perusahaan swasta.
Demikian disampaikan Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Bowo Kuntohadi, Jumat (5/3) di Palembang.
Berdasarkan data PT Pusri, kebutuhan dan produksi pupuk organik secara nasional mencapai 910.000 ton. Dari total kebutuhan itu, PT Pusri ditugaskan memproduksi 180.000 ton. Adapun selama tahun 2009, produksi pupuk organik Pusri baru sekitar 5.000 ton.
Produksi belum digenjot karena sifat program pupuk organik masih dalam tahap uji coba. Melalui keputusan pemerintah, pupuk organik bersubsidi dijual Rp 500 per kilogram kepada petani.
Ditambahkan, Pusri saat ini sudah menyepakati program kerja sama produksi dengan 42 mitra atau perusahaan swasta. Nantinya perusahaan swasta inilah yang akan membuat pupuk organik sesuai dengan kapasitas maksimal. Adapun PT Pusri berkewajiban membeli produk tersebut.
”Setelah dibeli, kami juga harus memasarkannya ke mata rantai distribusi pertanian, mulai dari distributor sampai pengecer hingga ke petani,” kata Bowo.
Perkembangan ekspor
Ditanya soal perkembangan ekspor pupuk urea, Bowo menjawab, sampai akhir tahun 2009, masih ada sisa kuota sebanyak 51.000 ton, dari total kuota yang diizinkan pemerintah 196.000 ton. Sisa kuota itu telah diekspor lagi pada Februari 2010.
”Meski demikian, perlu dicatat juga bahwa ekspor urea ini baru bisa dilakukan tanpa halangan dengan mempertimbangkan dua aspek, yakni ada kelebihan produksi serta kebutuhan untuk sektor pertanian padi dan perkebunan di dalam negeri yang sudah terpenuhi lebih dulu,” papar Bowo.
Ditegaskan, belum terpenuhinya kuota ekspor urea pada tahun 2009 bukan berarti kinerja PT Pusri tidak optimal. Menurut Bowo, hal tersebut karena kendala teknis pengangkutan. Sampai sekarang, sebagian kapal pengangkut pupuk urea milik PT Pusri lebih diprioritaskan untuk mendukung aktivitas distribusi pupuk urea bersubsidi. Solusinya, perlu tambahan kapal melalui pembelian dan perbaikan kapal rusak. (ONI)
Empat Pabrik Pupuk Masih Menanti Pasokan Gas
Kontan, Jumat, 29 Januari 2010 | 10:52
PASOKAN GAS UNTUK INDUSTRI DOMESTIK
Empat Pabrik Pupuk Masih Menanti Pasokan Gas
JAKARTA. Setelah pabrik pupuk anyar Kaltim V milik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mendapat pasokan gas, pemerintah segera merealisasikan beberapa kontrak gas untuk pabrik pupuk baru lainnya. Namun, kontrak gas itu tergantung rencana konstruksi masing-masing pabrik.
Sekadar mengingatkan, empat pabrik pupuk anyar yang akan didirikan diantaranya tiga pabrik pupuk milik PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), dan satu pabrik milik PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC).
"Kami sudah menyiapkan semua, tapi belum MoU. Tunggu gilirannya. Untuk Kaltim V sudah MoU karena sudah mau konstruksi," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Evita Legowo, usai penandatanganan kontrak gas Kaltim V, Kamis (28/1).
Pada kesempatan itu, PKT meneken kontrak gas dengan 17 kontraktor gas yang diwakili oleh Pearl Oil dari Blok Sebuku, Total E&P Indonesia, dan Inpex Corporation. Direktur Utama PKT Hidayat Nyakman bilang, kontrak gas berlaku selama 10 tahun, dimulai 2012 hingga 2021.
Pasokan gas untuk Kaltim V sebesar 80 MMSCFD. Nilai kontrak tersebut diprediksikan mencapai US$ 1,929 miliar. "Kalau dihitung untuk per bulannya diperkirakan sekitar US$ 16,08 juta," terangnya.
Raymond Reynaldi, Martina Prianti
PASOKAN GAS UNTUK INDUSTRI DOMESTIK
Empat Pabrik Pupuk Masih Menanti Pasokan Gas
JAKARTA. Setelah pabrik pupuk anyar Kaltim V milik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mendapat pasokan gas, pemerintah segera merealisasikan beberapa kontrak gas untuk pabrik pupuk baru lainnya. Namun, kontrak gas itu tergantung rencana konstruksi masing-masing pabrik.
Sekadar mengingatkan, empat pabrik pupuk anyar yang akan didirikan diantaranya tiga pabrik pupuk milik PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), dan satu pabrik milik PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC).
"Kami sudah menyiapkan semua, tapi belum MoU. Tunggu gilirannya. Untuk Kaltim V sudah MoU karena sudah mau konstruksi," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Evita Legowo, usai penandatanganan kontrak gas Kaltim V, Kamis (28/1).
Pada kesempatan itu, PKT meneken kontrak gas dengan 17 kontraktor gas yang diwakili oleh Pearl Oil dari Blok Sebuku, Total E&P Indonesia, dan Inpex Corporation. Direktur Utama PKT Hidayat Nyakman bilang, kontrak gas berlaku selama 10 tahun, dimulai 2012 hingga 2021.
Pasokan gas untuk Kaltim V sebesar 80 MMSCFD. Nilai kontrak tersebut diprediksikan mencapai US$ 1,929 miliar. "Kalau dihitung untuk per bulannya diperkirakan sekitar US$ 16,08 juta," terangnya.
Raymond Reynaldi, Martina Prianti
Selasa, 09 Maret 2010
Pupuk bersubsidi Naik
Pupuk Urea Bersubsidi Naik April 2010
Sinar Harapan, Selasa 9 Maret 2010
Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Suswono memperkirakan harga pupuk urea bersubsidi naik pada april 2010, apabila anggaran subsidi di APBNP 2010 mendapat tambahan Rp 4,2 triliun.
Kenaikan harga untuk pupuk urea tersebut maksimal 50 persen dari harga eceran tetap (HET) yang saat ini Rp 1.200 per kilogram. “Untuk harga pupuk lainnya belum ditentukan besar kenaikannya,” ujar Mentan ketika dihubungi SH, Selasa (9/3).
Akan tetapi, Suswono menjamin, kenaikan harga pupuk tidak akan mengurangi pendapatan petani sebab HPP (Harga Pembelian Pemerintah-red) terhadap gabah petani telah meningkat 10 persen sejak 1 Januari 2010.
Menurut Mentan, dengan kenaikan HPP, ada peningkatan pendapatan petani sebesar Rp 1 juta per hektare dan kenaikan harga pupuk urea sebesar 50 persen hanya akan menambah biaya produksi maksimal Rp 200.000 per hektare. “Sehingga, ada penambahan penghasilan petani Rp 800.000 per hektare,” katanya, seraya menambahkan itu hanya berlaku untuk tanaman pangan.
Sementara itu, produk hortikultura berupa buah-buahan dan sayuran Indonesia tidak perlu khawatir bersaing dengan produk sejenis asal China yang saat ini membanjiri pasar dalam negeri. Indonesia, menurut Mentan, memiliki buah-buahan tropis yang sangat eksotis untuk diekspor, seperti manggis, salak, juga produk-produk perkebunan seperti CPO minyak sawit, kelapa sawit, kakao, dan karet.
Suswono mencatat, sejauh ini Indonesia surplus ekspor ke Cina lebih dari US$ 2 miliar. Di samping itu, tandasnya, produk dalam negeri jauh lebih segar ketimbang impor, sehingga tidak perlu khawatir kalah bersaing. “Produk impor ada yang sudah di dalam freezer selama satu tahun” ujarnya.
Terkait kebijakan pemerintah menggunakan pupuk organik, kata Mentan, hingga saat ini pemerintah konsisten mendorong penggunaan pupuk berimbang, di mana pupuk tersebut juga akan mendapat subsidi.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (WAMTI), Agusdin Pulungan mengatakan, produk pertanian asal China sarat penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tinggi.
Oleh sebab itu, Indonesia harus memiliki produk spesifik , yaitu produk organik yang diproduksi dengan cara-cara organik. Ia mengakui harga jual produk pertanian organik saat ini masih tinggi. Namun, lanjutnya, jika pertanian organik telah menjadi budaya pertanian, harga jualnya ke konsumen lambat laun akan menurun atau dapat bersaing dengan harga produk impor. “Itu salah satu cara kita untuk menyaingi Cina” tandas Agusdin.
Untuk itu, ia menekankan perlunya dorongan pemerintah memberikan insentif harga jual kepada petani yang lebih baik daripada harga jual produk nonorganik.
Sementara itu, menurutnya, memproduksi dengan cara organik lebih murah daripada menggunakan pupuk impor, sehinga dapat menurunkan biaya produksi petani dan meningkatkan pendapatan petani.
Ia mencatat potensi bahan baku pupuk organik yang dimiliki saat ini sebanyak 87,5 juta ton jerami per tahun yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk organik lambat laun dapat menurunkan subsidi pupuk kimia dari Rp 17 triliun saat ini menjadi hanya Rp 5 triliun. Agusdin menambahkan, penggunaan pupuk kimia selama ini telah merusak area persawahan seluas 5 juta hektare dari luas total areal persawahan 7,5 juta hektare.
(effatha tamburian)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/back_to/indeks-lalu/read/pupuk-urea-bersubsidi-naik-april-2010/?tx_ttnews[years]=2010&tx_ttnews[months]=03&tx_ttnews[days]=9&cHash=4976d7508e
Sinar Harapan, Selasa 9 Maret 2010
Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Suswono memperkirakan harga pupuk urea bersubsidi naik pada april 2010, apabila anggaran subsidi di APBNP 2010 mendapat tambahan Rp 4,2 triliun.
Kenaikan harga untuk pupuk urea tersebut maksimal 50 persen dari harga eceran tetap (HET) yang saat ini Rp 1.200 per kilogram. “Untuk harga pupuk lainnya belum ditentukan besar kenaikannya,” ujar Mentan ketika dihubungi SH, Selasa (9/3).
Akan tetapi, Suswono menjamin, kenaikan harga pupuk tidak akan mengurangi pendapatan petani sebab HPP (Harga Pembelian Pemerintah-red) terhadap gabah petani telah meningkat 10 persen sejak 1 Januari 2010.
Menurut Mentan, dengan kenaikan HPP, ada peningkatan pendapatan petani sebesar Rp 1 juta per hektare dan kenaikan harga pupuk urea sebesar 50 persen hanya akan menambah biaya produksi maksimal Rp 200.000 per hektare. “Sehingga, ada penambahan penghasilan petani Rp 800.000 per hektare,” katanya, seraya menambahkan itu hanya berlaku untuk tanaman pangan.
Sementara itu, produk hortikultura berupa buah-buahan dan sayuran Indonesia tidak perlu khawatir bersaing dengan produk sejenis asal China yang saat ini membanjiri pasar dalam negeri. Indonesia, menurut Mentan, memiliki buah-buahan tropis yang sangat eksotis untuk diekspor, seperti manggis, salak, juga produk-produk perkebunan seperti CPO minyak sawit, kelapa sawit, kakao, dan karet.
Suswono mencatat, sejauh ini Indonesia surplus ekspor ke Cina lebih dari US$ 2 miliar. Di samping itu, tandasnya, produk dalam negeri jauh lebih segar ketimbang impor, sehingga tidak perlu khawatir kalah bersaing. “Produk impor ada yang sudah di dalam freezer selama satu tahun” ujarnya.
Terkait kebijakan pemerintah menggunakan pupuk organik, kata Mentan, hingga saat ini pemerintah konsisten mendorong penggunaan pupuk berimbang, di mana pupuk tersebut juga akan mendapat subsidi.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (WAMTI), Agusdin Pulungan mengatakan, produk pertanian asal China sarat penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tinggi.
Oleh sebab itu, Indonesia harus memiliki produk spesifik , yaitu produk organik yang diproduksi dengan cara-cara organik. Ia mengakui harga jual produk pertanian organik saat ini masih tinggi. Namun, lanjutnya, jika pertanian organik telah menjadi budaya pertanian, harga jualnya ke konsumen lambat laun akan menurun atau dapat bersaing dengan harga produk impor. “Itu salah satu cara kita untuk menyaingi Cina” tandas Agusdin.
Untuk itu, ia menekankan perlunya dorongan pemerintah memberikan insentif harga jual kepada petani yang lebih baik daripada harga jual produk nonorganik.
Sementara itu, menurutnya, memproduksi dengan cara organik lebih murah daripada menggunakan pupuk impor, sehinga dapat menurunkan biaya produksi petani dan meningkatkan pendapatan petani.
Ia mencatat potensi bahan baku pupuk organik yang dimiliki saat ini sebanyak 87,5 juta ton jerami per tahun yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Penggunaan pupuk organik lambat laun dapat menurunkan subsidi pupuk kimia dari Rp 17 triliun saat ini menjadi hanya Rp 5 triliun. Agusdin menambahkan, penggunaan pupuk kimia selama ini telah merusak area persawahan seluas 5 juta hektare dari luas total areal persawahan 7,5 juta hektare.
(effatha tamburian)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/back_to/indeks-lalu/read/pupuk-urea-bersubsidi-naik-april-2010/?tx_ttnews[years]=2010&tx_ttnews[months]=03&tx_ttnews[days]=9&cHash=4976d7508e
Kamis, 04 Maret 2010
Holding Baru Pupuk
Menteri BUMN akan Buat Holding BUMN Pupuk Baru
Media Indonesia, 31 Januari 2010
JAKARTA--MI: Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membentuk induk holding BUMN pupuk baru menggantikan PT Pupuk Sriwijaya. Pembentukan induk baru ini untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi pabrik pupuk.
Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, induk holding nantinya bukanlah salah satu perusahaan pemilik pabrik pupuk. Selama ini, induk usaha pabrik pupuk adalah Pusri yang juga pengelola pabrik Pusri. Sedangkan, pabrik pupuk lain menjadi anggota holding di bawah Pusri. Saat ini, Kementerian tengah menyelesaikaa konsep holding baru untuk difinalisasi dan diterapkan.
"Konsep holding pupuk sudah rampung dengan dua alternatif. Kita akan melanjutkan pembentukan holding yang belum selesai menjadi holding penuh kata Mustafa, Sabtu (30/1) kemarin.
Lebih lanjut, Mustafa menuturkan dua alternatif konsep ini akan dikaji kemungkinan terbainya. Konsep pertama pertama ialah dengan membentuk perusahaan baru yang akan menjadi induk holding pupuk.
Perusahaan, ini akan menggantikan posisi Pusri yang sekarang menjadi induk usaha. Sedangkan, Pusri akan dijadikan anggota holding sejajar dengan pabrik pupuk lainnya.
Sedangkan, untuk konsep kedua, Kementerian mengkaji kemungkinan pelepasan bisnis pupuk Pusri (spin-off) dan dijadikan anggota holding. Sehingga, akan menambah anggota holding menjadi lima.
Sedangkan, Pusri tetap menjadi induk holding yang mengoordinasi bisnis anggota holding. Koordinasi ini meliputi wilayah pemasaran dan juga riset dan teknologi. Selain itu, induk holding juga menjadi pengambil keputusan pengembangan bisnis holding.
Mustafa mengakui, opsi kedua memang paling mudah dijalankan. Pasalnya, tidak perlu ada proses revaluasi aset. Kendati begitu, sampai saat ini Kementerian belum menentukan opsi yang akan diambil. Namun, dia memastikan pembenahan holding pupuk merupakan salah satu prioritas Kementerian.
"Kelihatannya opsi yang paling mudah adalah opsi kedua, karena tidak perlu masalah revaluasi aset dan segala macam. Tapi ini masih kita kaji dan belum diputuskan," ujarnya.
Lebih jauh, Mustafa menambahkan selain dari struktur holding, Kementerian juga berrencana melakukan perombakan manajemen. Perombakan ini disebabkan beberapa pejabat direksi telah habis masa jabatannya. Sehingga, kesempatan ini dijadikan momentum bagi BUMN pupuk untuk melakukan penyegaran di level manajemen. Sayangnya, dia tidak menyebutkan kapan tepatnya perombakan akan dilaksanakan.
"Nanti kita refresh manajemennya. Hampir semua direksi BUMN pupuk habis masa jabatannya," tambahnya.
Setelah PT Asean Aceh Fertilizer dilikuidasi, holding pupuk Pusri tinggal menyisakan lima pabrikan. Dari lima pabrikan tersebut, salah satu pabrik yakni Pusri menjadi induk usaha. Sedangkan, empat anggota holding lainnya ialah PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Kujang Cikampek, dan PT Petro Kimia Gresik. (Toh/OL-02)
Media Indonesia, 31 Januari 2010
JAKARTA--MI: Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan membentuk induk holding BUMN pupuk baru menggantikan PT Pupuk Sriwijaya. Pembentukan induk baru ini untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi pabrik pupuk.
Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, induk holding nantinya bukanlah salah satu perusahaan pemilik pabrik pupuk. Selama ini, induk usaha pabrik pupuk adalah Pusri yang juga pengelola pabrik Pusri. Sedangkan, pabrik pupuk lain menjadi anggota holding di bawah Pusri. Saat ini, Kementerian tengah menyelesaikaa konsep holding baru untuk difinalisasi dan diterapkan.
"Konsep holding pupuk sudah rampung dengan dua alternatif. Kita akan melanjutkan pembentukan holding yang belum selesai menjadi holding penuh kata Mustafa, Sabtu (30/1) kemarin.
Lebih lanjut, Mustafa menuturkan dua alternatif konsep ini akan dikaji kemungkinan terbainya. Konsep pertama pertama ialah dengan membentuk perusahaan baru yang akan menjadi induk holding pupuk.
Perusahaan, ini akan menggantikan posisi Pusri yang sekarang menjadi induk usaha. Sedangkan, Pusri akan dijadikan anggota holding sejajar dengan pabrik pupuk lainnya.
Sedangkan, untuk konsep kedua, Kementerian mengkaji kemungkinan pelepasan bisnis pupuk Pusri (spin-off) dan dijadikan anggota holding. Sehingga, akan menambah anggota holding menjadi lima.
Sedangkan, Pusri tetap menjadi induk holding yang mengoordinasi bisnis anggota holding. Koordinasi ini meliputi wilayah pemasaran dan juga riset dan teknologi. Selain itu, induk holding juga menjadi pengambil keputusan pengembangan bisnis holding.
Mustafa mengakui, opsi kedua memang paling mudah dijalankan. Pasalnya, tidak perlu ada proses revaluasi aset. Kendati begitu, sampai saat ini Kementerian belum menentukan opsi yang akan diambil. Namun, dia memastikan pembenahan holding pupuk merupakan salah satu prioritas Kementerian.
"Kelihatannya opsi yang paling mudah adalah opsi kedua, karena tidak perlu masalah revaluasi aset dan segala macam. Tapi ini masih kita kaji dan belum diputuskan," ujarnya.
Lebih jauh, Mustafa menambahkan selain dari struktur holding, Kementerian juga berrencana melakukan perombakan manajemen. Perombakan ini disebabkan beberapa pejabat direksi telah habis masa jabatannya. Sehingga, kesempatan ini dijadikan momentum bagi BUMN pupuk untuk melakukan penyegaran di level manajemen. Sayangnya, dia tidak menyebutkan kapan tepatnya perombakan akan dilaksanakan.
"Nanti kita refresh manajemennya. Hampir semua direksi BUMN pupuk habis masa jabatannya," tambahnya.
Setelah PT Asean Aceh Fertilizer dilikuidasi, holding pupuk Pusri tinggal menyisakan lima pabrikan. Dari lima pabrikan tersebut, salah satu pabrik yakni Pusri menjadi induk usaha. Sedangkan, empat anggota holding lainnya ialah PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Kujang Cikampek, dan PT Petro Kimia Gresik. (Toh/OL-02)
Jumat, 12 Februari 2010
Fertilizer Giant Demands ‘Fairer’ Indonesia Gas Policy
Direktur Utama PT Pusri, Ir H Dadang Heru Kodri
Fertilizer Giant Demands ‘Fairer’ Indonesia Gas Policy
Jakarta Globe, 5 February 2010
State-owned fertilizer giant PT Pupuk Sriwijaya has called on the government to come up with a “fairer” gas-distribution policy to help ensure that the fertilizer industry receives a steady supply of its key raw material.
Dadang Heru Kodri, president director of the company, also known as Pusri, told a news conference on Friday that the existing policy of allocating more gas to fuel power plants was unfair to other industries that need gas as a raw material, such as fertilizer companies.
“We are now facing a problem because some gas contracts may be terminated because of a lack of gas supply,” he said.
Dadang said PT Pertamina EP, a subsidiary of state oil and gas firm PT Pertamina, had notified Putri that because of limited gas reserves it would not be able to extend its contract for 166 million standard cubic feet per day when it expires in December 2012.
Salis Aprilian, Pertamina EP’s president director, told the Jakarta Globe that his company had not responded to a letter from Pusri asking for the contract to be extended.
“We are still considering our existing gas reserves and the volume for the extension as we also have limited reserves,” he said, adding that Pertamina EP has found it difficult to fulfill other contracts as well.
Companies such as Pusri have complained about gas shortages in recent years, prompting calls for the government to limit gas exports.
On Thursday, Energy Minister Darwin Saleh said the government was considering putting such limits in place until domestic demand is fully met.
Dadang added that Pusri’s operation in South Sumatra faces a negative gas supply.
“Only PT Medco Energy supplies gas [to the South Sumatra operation ],” Dadang said.
Pupuk Iskandar Muda, a Pusri unit based in Aceh, is also suffering from a problem obtaining gas.
PIM president director Mashudianto said in early December that the company was negotiating with several suppliers but warned that it could be forced to shut down the plant if it is unable to secure new supplies any time soon.
http://www.thejakartaglobe.com/business/fertilizer-giant-demands-fairer-indonesia-gas-policy/357066
Pusri demands protection from Chinese imports
Direksi memberikan keterangan pers, Jumat (5/2/10)
Pusri demands protection from Chinese imports
Nani Afrida , The Jakarta Post , Jakarta | Sat, 02/06/2010 1:02 PM | Business
State fertilizer producer PT Pusri said the company will be able to withstand competition from Chinese companies in the domestic market as long the government maintains its current policy on raw materials, particularly gas.
Pusri president director Dadang Kodri said the full implementation of the free trade agreement with China would not hurt the company for at least another three years as the government had already set the price of gas for the given period.
"What happens after the next three years is uncertain. If the government increases the price of raw material, Chinese products will dominate the domestic market because they have a stable price for raw materials," Dadang said.
The company is highly dependent on gas supply as it needed about 793 million standard cubic feet of gas per day (mmscfd) in 2010. The company is set to produce 7 million tons of urea fertilizer this year, 3 percent more than the 6.8 million tons produced in 2009.
"Our production capacity is 8 million tons annually. But PT Pupuk Iskandar Muda *PIM* is still being revitalized after a gas shortage," Dadang said, referring to the company's subsidiary.
Other subsidiaries include PT Petrokimia Gresik in Gresik, East Java, PT Pupuk Kujang in West Java, PT Pupuk Kaltim in East Kalimantan and PIM in Nangroe Aceh Darussalam.
Pusri is also optimistic its production of NPK fertilizer would grow by 70 percent to 2.2 million tons this year, up from 1.3 million tons in 2009.
Domestic fertilizer consumption currently stands at 1.4 million tons per year. The government predicts that in 2025, Indonesia will need about 23.2 million tons.
Dadang said the holding company of state fertilizer producers succeeded in increasing net profits from Rp 800 billion in 2004 to Rp 2.1 trillion in 2009. The sales also rose to Rp 36 trillion in 2009 from Rp 13 trillion in 2004.
"We have had significant financial growth," Dadang said.
The government is mulling a plan to improve the performance of all five state fertilizers company through redesigning the structure of the holding company.
http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/06/pusri-demands-protection-chinese-imports.html
Urea Diminati Petani
SARANA PERTANIAN
Urea Pusri Masih Diminati Petani
Suara Karya, Jumat, 12 Februari 2010
JAKARTA (Suara Karya): Para petani di Tanah Air diyakini tetap akan memilih pupuk urea dan jenis lainnya yang diproduksi di dalam negeri. Dalam hal ini petani masih memprioritaskan penggunaan pupuk merek Pusri ketimbang pupuk dari China, meski seiring diberlakukannya kawasan perdagangan bebas dengan China dan ASEAN (CAFTA).
Apalagi harga pupuk produksi BUMN lebih murah dibanding buatan China, terutama dari PetroChina. "Kita siap bersaing. Soal harga pupuk tidak jadi masalah. Harga pupuk kita masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri di Jakarta, beberapa hari lalu. Selain harga lebih murah, kualitas pupuk Pusri juga lebih baik.
Dadang menyebutkan bahwa seluruh produksi Pusri telah memiliki standar nasional Indonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. "Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Indonesia dibanding China yang mungkin belum memiliki standar," ujarnya.

Hanya saja, Dadang sulit menjamin harga yang bisa bersaing dengan pupuk dari China ini bisa bertahan setelah 2012 nanti atau saat kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai. Terkait hal ini, manajemen Pusri telah menggelar rapat pembahasan dengan Pertamina EP. Namun, jaminan pasokan gas belum dapat dibahas secara konkret hingga saat ini.
Meski masih terkendala kebutuhan gas sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk, namun secara umum Pusri masih mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri. "Kalau melihat stok pupuk 735.000 ton, maka masih mencukupi kebutuhan," kata Dadang.
Dalam hal ini, perusahaan akan terus memasok kebutuhan pupuk nasional dalam posisi aman. Apalagi berdasarkan pengalaman sebelumnya, penyerapan pupuk rata-rata hanya 75 sampai 80 persen dari stok yang tersedia sehingga produksi beras surplus. "Pasokan gas dengan Pertamina bagi bahan baku pupuk urea masih menjadi kendala yang harus diselesaikan. Namun, kita juga masih mencari subtitusi gas dari batu bara, meski masih perlu diproses lagi.
Untuk memproses pemisahan gas di sela-sela pertambangan batu bara, maka membutuhkan biaya 350 juta dolar AS, sehingga membutuhkan dukungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. (Dwi Putro AA)
Urea Pusri Masih Diminati Petani
Suara Karya, Jumat, 12 Februari 2010
JAKARTA (Suara Karya): Para petani di Tanah Air diyakini tetap akan memilih pupuk urea dan jenis lainnya yang diproduksi di dalam negeri. Dalam hal ini petani masih memprioritaskan penggunaan pupuk merek Pusri ketimbang pupuk dari China, meski seiring diberlakukannya kawasan perdagangan bebas dengan China dan ASEAN (CAFTA).
Apalagi harga pupuk produksi BUMN lebih murah dibanding buatan China, terutama dari PetroChina. "Kita siap bersaing. Soal harga pupuk tidak jadi masalah. Harga pupuk kita masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri di Jakarta, beberapa hari lalu. Selain harga lebih murah, kualitas pupuk Pusri juga lebih baik.
Dadang menyebutkan bahwa seluruh produksi Pusri telah memiliki standar nasional Indonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. "Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Indonesia dibanding China yang mungkin belum memiliki standar," ujarnya.
Hanya saja, Dadang sulit menjamin harga yang bisa bersaing dengan pupuk dari China ini bisa bertahan setelah 2012 nanti atau saat kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai. Terkait hal ini, manajemen Pusri telah menggelar rapat pembahasan dengan Pertamina EP. Namun, jaminan pasokan gas belum dapat dibahas secara konkret hingga saat ini.
Meski masih terkendala kebutuhan gas sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk, namun secara umum Pusri masih mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri. "Kalau melihat stok pupuk 735.000 ton, maka masih mencukupi kebutuhan," kata Dadang.
Dalam hal ini, perusahaan akan terus memasok kebutuhan pupuk nasional dalam posisi aman. Apalagi berdasarkan pengalaman sebelumnya, penyerapan pupuk rata-rata hanya 75 sampai 80 persen dari stok yang tersedia sehingga produksi beras surplus. "Pasokan gas dengan Pertamina bagi bahan baku pupuk urea masih menjadi kendala yang harus diselesaikan. Namun, kita juga masih mencari subtitusi gas dari batu bara, meski masih perlu diproses lagi.
Untuk memproses pemisahan gas di sela-sela pertambangan batu bara, maka membutuhkan biaya 350 juta dolar AS, sehingga membutuhkan dukungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. (Dwi Putro AA)
Urea Diminati Petani
SARANA PERTANIAN
Urea Pusri Masih Diminati Petani
Jumat, 12 Februari 2010
JAKARTA (Suara Karya): Para petani di Tanah Air diyakini tetap akan memilih pupuk urea dan jenis lainnya yang diproduksi di dalam negeri. Dalam hal ini petani masih memprioritaskan penggunaan pupuk merek Pusri ketimbang pupuk dari China, meski seiring diberlakukannya kawasan perdagangan bebas dengan China dan ASEAN (CAFTA).
Apalagi harga pupuk produksi BUMN lebih murah dibanding buatan China, terutama dari PetroChina. "Kita siap bersaing. Soal harga pupuk tidak jadi masalah. Harga pupuk kita masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri di Jakarta, beberapa hari lalu. Selain harga lebih murah, kualitas pupuk Pusri juga lebih baik.
Dadang menyebutkan bahwa seluruh produksi Pusri telah memiliki standar nasional Indonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. "Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Indonesia dibanding China yang mungkin belum memiliki standar," ujarnya.
Hanya saja, Dadang sulit menjamin harga yang bisa bersaing dengan pupuk dari China ini bisa bertahan setelah 2012 nanti atau saat kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai. Terkait hal ini, manajemen Pusri telah menggelar rapat pembahasan dengan Pertamina EP. Namun, jaminan pasokan gas belum dapat dibahas secara konkret hingga saat ini.
Meski masih terkendala kebutuhan gas sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk, namun secara umum Pusri masih mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri. "Kalau melihat stok pupuk 735.000 ton, maka masih mencukupi kebutuhan," kata Dadang.
Dalam hal ini, perusahaan akan terus memasok kebutuhan pupuk nasional dalam posisi aman. Apalagi berdasarkan pengalaman sebelumnya, penyerapan pupuk rata-rata hanya 75 sampai 80 persen dari stok yang tersedia sehingga produksi beras surplus. "Pasokan gas dengan Pertamina bagi bahan baku pupuk urea masih menjadi kendala yang harus diselesaikan. Namun, kita juga masih mencari subtitusi gas dari batu bara, meski masih perlu diproses lagi.
Untuk memproses pemisahan gas di sela-sela pertambangan batu bara, maka membutuhkan biaya 350 juta dolar AS, sehingga membutuhkan dukungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. (Dwi Putro AA)
Urea Pusri Masih Diminati Petani
Jumat, 12 Februari 2010
JAKARTA (Suara Karya): Para petani di Tanah Air diyakini tetap akan memilih pupuk urea dan jenis lainnya yang diproduksi di dalam negeri. Dalam hal ini petani masih memprioritaskan penggunaan pupuk merek Pusri ketimbang pupuk dari China, meski seiring diberlakukannya kawasan perdagangan bebas dengan China dan ASEAN (CAFTA).
Apalagi harga pupuk produksi BUMN lebih murah dibanding buatan China, terutama dari PetroChina. "Kita siap bersaing. Soal harga pupuk tidak jadi masalah. Harga pupuk kita masih di bawah China hingga 2012," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri di Jakarta, beberapa hari lalu. Selain harga lebih murah, kualitas pupuk Pusri juga lebih baik.
Dadang menyebutkan bahwa seluruh produksi Pusri telah memiliki standar nasional Indonesia (SNI), baik pupuk urea maupun amonia. "Hal itu tentunya menjadi unggulan produsen pupuk Indonesia dibanding China yang mungkin belum memiliki standar," ujarnya.
Hanya saja, Dadang sulit menjamin harga yang bisa bersaing dengan pupuk dari China ini bisa bertahan setelah 2012 nanti atau saat kontrak pasokan gas dengan Pertamina EP selesai. Terkait hal ini, manajemen Pusri telah menggelar rapat pembahasan dengan Pertamina EP. Namun, jaminan pasokan gas belum dapat dibahas secara konkret hingga saat ini.
Meski masih terkendala kebutuhan gas sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk, namun secara umum Pusri masih mampu memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri. "Kalau melihat stok pupuk 735.000 ton, maka masih mencukupi kebutuhan," kata Dadang.
Dalam hal ini, perusahaan akan terus memasok kebutuhan pupuk nasional dalam posisi aman. Apalagi berdasarkan pengalaman sebelumnya, penyerapan pupuk rata-rata hanya 75 sampai 80 persen dari stok yang tersedia sehingga produksi beras surplus. "Pasokan gas dengan Pertamina bagi bahan baku pupuk urea masih menjadi kendala yang harus diselesaikan. Namun, kita juga masih mencari subtitusi gas dari batu bara, meski masih perlu diproses lagi.
Untuk memproses pemisahan gas di sela-sela pertambangan batu bara, maka membutuhkan biaya 350 juta dolar AS, sehingga membutuhkan dukungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah. (Dwi Putro AA)
Pusri Optimis
Pusri Optimistis Penuhi Kebutuhan Pupuk Subsidi
Sinar Harapan, Sabtu, 06 Pebruari 2010 11:36
Jakarta – Meski terkendala pemenuhan gas, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) mengaku tetap optimistis dapat me¬menuhi kebutuhan pupuk subsidi di dalam negeri.
“Stok pu¬puk yang ada sebesar 735.000 ton, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk subsidi selama satu bulan ke depan,” kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjadja, Dadang Heru Kodri, dalam jumpa pers lomba penulisan Jurnalistik dalam rangka HUT ke-50 Pusri, di Jakarta, Jumat (5/2).
Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan gas dari Pertamina yang saat ini terganggu dan masih dalam proses penyelesaian, menurut Dadang, pihaknya melakukannya dengan beralih pada batu bara. “Pasalnya, untuk memecah batu bara menjadi gas membutuhkan biaya US$ 350 juta, sehingga membutuhkan du¬kungan dalam bentuk penyertaan modal pemerintah,” tambahnya.
Dadang menyebutkan, pemerintah memang menyarankan untuk memindahkan produksi mendekati sumber bahan baku seperti di Tangguh, tetapi pelaksanaanya juga tidak mudah. “Untuk menindaklanjuti rencana pemindahan produksi supaya dekat dengan bahan baku, saat ini kami terus melakukan rapat dengan PT Pertamina EP, untuk kemudian nantinya akan dibuat perjanjian kerja sama kedua belah pihak,” jelasnya.
Dalam pembicaraan itu, salah satu poinnya yang kemudian akan ditingkatkan menjadi kesepakatan adalah harga bahan baku gas. “Kami belajar pengalaman dari kenaikan harga bahan baku gas yang semula diikat Pertamina US$ 3,3 kini menjadi US$ 8,” tuturnya.
(sat/ant)
http://www.sinarharapan.co.id/cetak-sinar/berita/read/pusri-optimistis-penuhi-kebutuhan-pupuk-subsidi/
Selasa, 09 Februari 2010
Pusri Siap Hadapi ACFTA
Pusri Siap Hadapi ACFTA
Sabtu, 06 Februari 2010 10:15
Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina atau ACFTA tidak dikhawatirkan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri). Produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara mempunyai trik untuk memenangkan kompetisi penjualan pupuk. Baik di dalam maupun luar negeri.
”Paling tidak harga pupuk kita lebih rendah dari China. Harga pupuk tergantung bahan baku. Hingga 2012 bahan baku tidak ada masalah. Jadi kita pasti menang,” ungkap Direktur Utama Pusri, Dadang Heru Kodri, di acara sosialisasi ”Pusri Jurnalistik Award 50th” di Jakarta, kemarin (5/2).
Dadang menyebut, harga pupuk urea Pusri saat ini sekitar US$270 atau Rp2,5 juta per ton. Sementara harga pupuk Cina, walaupun tidak disebut secara rinci namun diatas harga tersebut. ”Tetapi produksi mereka (Cina) mencapai 134 juta ton per tahun. Jumlah itu melampaui kapasitas kita, bahkan Pusri Holding,” ujarnya.
Pusri beserta empat anak usahanya, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, dan PT Pupuk Kalimantan Timur memproduksi 2,15 juta ton per tahun. ”Sejak 1995 kapasitas produksi kita terbatas antara 2,05 hingga 2,1 juta ton per tahun. Pabrik rata-rata sudah diatas 30 tahun. Makanya kami berencana membuat pabrik baru di Palembang tahun ini,” timpal Direktur Produksi Pusri, Indra Jaya.
Kendati secara produksi masih dibawah Cina, namun Pusri tetap bersikukuh bisa mengatasinya. Cara lain, jelas Dadang, melindungi pupuk nasional, antara lain semua pupuk Pusri holding dilabel SNI (standar nasional Indonesia). ”Pemerintah harus menerapkan SNI secara keras. Artinya sesuai kaidah ilmiah kalau mau memberikan sesuatu yang khusus, ya diberi standar saja. Mereka (Cina) pasti sulit masuk ke Indonesia.”
Bagaimana pendanaan revitalisasi? ”Memang sulit kita mencari dana Rp2 triliun untuk kepentingan satu pabrik. Kenapa bisa kesulitan? Karena laba yang kita peroleh dari penjualan ke sektor pangan memang relative rendah. Pemerintah memberikan 10 persen tapi pada akhirnya lebih rendah dari 10 persen, karena biaya kami tanggung sendiri,” ujarnya.
Mengenai ketersediaan gas, pemerintah membuat Instruksi Presiden (Inpres). Menteri Perindustrian MS Hidayat akhir Januari lalu mengatakan, Inpres itu mengatur jaminan pasokan gas untuk revitalisasi pabrik pupuk. ”Soal gas diatur dalam program revitalisasi,” tukasnya. (05)
Sabtu, 06 Februari 2010 10:15
Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina atau ACFTA tidak dikhawatirkan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri). Produsen pupuk terbesar di Asia Tenggara mempunyai trik untuk memenangkan kompetisi penjualan pupuk. Baik di dalam maupun luar negeri.
”Paling tidak harga pupuk kita lebih rendah dari China. Harga pupuk tergantung bahan baku. Hingga 2012 bahan baku tidak ada masalah. Jadi kita pasti menang,” ungkap Direktur Utama Pusri, Dadang Heru Kodri, di acara sosialisasi ”Pusri Jurnalistik Award 50th” di Jakarta, kemarin (5/2).
Dadang menyebut, harga pupuk urea Pusri saat ini sekitar US$270 atau Rp2,5 juta per ton. Sementara harga pupuk Cina, walaupun tidak disebut secara rinci namun diatas harga tersebut. ”Tetapi produksi mereka (Cina) mencapai 134 juta ton per tahun. Jumlah itu melampaui kapasitas kita, bahkan Pusri Holding,” ujarnya.
Pusri beserta empat anak usahanya, yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, dan PT Pupuk Kalimantan Timur memproduksi 2,15 juta ton per tahun. ”Sejak 1995 kapasitas produksi kita terbatas antara 2,05 hingga 2,1 juta ton per tahun. Pabrik rata-rata sudah diatas 30 tahun. Makanya kami berencana membuat pabrik baru di Palembang tahun ini,” timpal Direktur Produksi Pusri, Indra Jaya.
Kendati secara produksi masih dibawah Cina, namun Pusri tetap bersikukuh bisa mengatasinya. Cara lain, jelas Dadang, melindungi pupuk nasional, antara lain semua pupuk Pusri holding dilabel SNI (standar nasional Indonesia). ”Pemerintah harus menerapkan SNI secara keras. Artinya sesuai kaidah ilmiah kalau mau memberikan sesuatu yang khusus, ya diberi standar saja. Mereka (Cina) pasti sulit masuk ke Indonesia.”
Bagaimana pendanaan revitalisasi? ”Memang sulit kita mencari dana Rp2 triliun untuk kepentingan satu pabrik. Kenapa bisa kesulitan? Karena laba yang kita peroleh dari penjualan ke sektor pangan memang relative rendah. Pemerintah memberikan 10 persen tapi pada akhirnya lebih rendah dari 10 persen, karena biaya kami tanggung sendiri,” ujarnya.
Mengenai ketersediaan gas, pemerintah membuat Instruksi Presiden (Inpres). Menteri Perindustrian MS Hidayat akhir Januari lalu mengatakan, Inpres itu mengatur jaminan pasokan gas untuk revitalisasi pabrik pupuk. ”Soal gas diatur dalam program revitalisasi,” tukasnya. (05)
PJA di Detik.COm
Pusri Jurnalistik Award
08 February 2010
Pusri Gelar Jurnalistik Award
Pada peringatan ke-50, Pusri gelar penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA).
Tema
“1/2 abad Pusri turut Membangun Negeri”
Subtema
- Meneropong sepak terjang Pusri bagi upaya ketahanan pangan dan pemberdayaan petani
- Mencari Solusi efektif bagi penguatan industri pupuk nasional
- Menyoal kiprah Pusri dalam peningkatan ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat lingkungan
- Revitalisasi pabrik pupuk nasional, tantangan dan peluang bagi kelangsungan industri pupuk
- Peran Pusri dalam membangun industri berwawasan lingkungan
Kriteria
- Tulisan sesuai tema yang ditentukan dan dimuat di media priode 1/06/2009 sd 15/03/2010. Dikirim ke PO BOX 1193 Palembang. Dilampiri fotokopi kartu pers.
- Tulisan berbentuk artikel/features.
- Peserta jurnalis cetak/online di Indonesia.
- Softcopy tulisan dikirim via email ke email medialintasinformasi@yahoo.com
Memperebutkan hadiah Rp36juta utk pemenang I-VI.
CP: 081368184211/081271194300
08 February 2010
Pusri Gelar Jurnalistik Award
Pada peringatan ke-50, Pusri gelar penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA).
Tema
“1/2 abad Pusri turut Membangun Negeri”
Subtema
- Meneropong sepak terjang Pusri bagi upaya ketahanan pangan dan pemberdayaan petani
- Mencari Solusi efektif bagi penguatan industri pupuk nasional
- Menyoal kiprah Pusri dalam peningkatan ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat lingkungan
- Revitalisasi pabrik pupuk nasional, tantangan dan peluang bagi kelangsungan industri pupuk
- Peran Pusri dalam membangun industri berwawasan lingkungan
Kriteria
- Tulisan sesuai tema yang ditentukan dan dimuat di media priode 1/06/2009 sd 15/03/2010. Dikirim ke PO BOX 1193 Palembang. Dilampiri fotokopi kartu pers.
- Tulisan berbentuk artikel/features.
- Peserta jurnalis cetak/online di Indonesia.
- Softcopy tulisan dikirim via email ke email medialintasinformasi@yahoo.com
Memperebutkan hadiah Rp36juta utk pemenang I-VI.
CP: 081368184211/081271194300
PJA di ANTARA
Pusri Gelar Lomba Karya Tulis Jurnalis
Sosbud / Selasa, 9 Februari 2010 08:28 WIB
Metrotvnews.com, Palembang: PT Pupuk Sriwijaya menyelenggarakan lomba karya tulis jurnalis "Pusri Jurnalistik Award". Begitulah diungkap Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (9/2).
Menurut Dadang, perlombaan bentuk apresiasi ke kaum jurnalis dan wartawan di Indonesia, khususnya yang berdomisili di Sumatra Selatan. Selain itu, perusahaan pupuk terbesar di Indonesia ini akan memeriahkan usia emas.
Industri pupuk sangat strategis bagi bangsa Indonesia. Lantaran itu, menurut Dadang, media massa sangat berperan menyampaikan dan menyosialisasikan peranan dan fungsi ke masyarakat.
Bagi Dadang, sosialisasi itu menopang program ketahanan pangan agar berjalan optimal. Perlombaan untuk kalangan jurnalis bentuk nyata kepedulian melalui corporate social responsibility terhadap insan pers. Pemenang kelak meraih plakat penghargaan dan uang sebesar Rp 36 juta. Tulisan mereka pun akan disiarkan di media massa cetak dan media online hingga Maret 2010.(Ant/******)
Sosbud / Selasa, 9 Februari 2010 08:28 WIB
Metrotvnews.com, Palembang: PT Pupuk Sriwijaya menyelenggarakan lomba karya tulis jurnalis "Pusri Jurnalistik Award". Begitulah diungkap Direktur Utama PT Pusri Dadang Heru Kodri di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (9/2).
Menurut Dadang, perlombaan bentuk apresiasi ke kaum jurnalis dan wartawan di Indonesia, khususnya yang berdomisili di Sumatra Selatan. Selain itu, perusahaan pupuk terbesar di Indonesia ini akan memeriahkan usia emas.
Industri pupuk sangat strategis bagi bangsa Indonesia. Lantaran itu, menurut Dadang, media massa sangat berperan menyampaikan dan menyosialisasikan peranan dan fungsi ke masyarakat.
Bagi Dadang, sosialisasi itu menopang program ketahanan pangan agar berjalan optimal. Perlombaan untuk kalangan jurnalis bentuk nyata kepedulian melalui corporate social responsibility terhadap insan pers. Pemenang kelak meraih plakat penghargaan dan uang sebesar Rp 36 juta. Tulisan mereka pun akan disiarkan di media massa cetak dan media online hingga Maret 2010.(Ant/******)
Senin, 08 Februari 2010
Pusri Jurnalistik Award

Pusri Jurnalistik Award, Apresiasi Pusri untuk Jurnalis
Jakarta—PT Pupuk Sriwijaya dalam usia yang kelima puluh tahun (24 Desember 2009) mengadakan lomba penulisan artikel dan feature terkait dengan peran dan pengabdiannya di dunia industri pupuk dan swasembada pangan di Indonesia.
Manajer Humas PT Pusri, Zain Ismed mengatakan secara langsung ataupun tidak langsung keberadaan produk-produk pupuk Pusri dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian yang pada akhirnya mendukung swasembada dan ketahanan Pangan Nasional. Industri pupuk sangat strategis bagi negara kita yang merupakan negara agraris.
”Bagi petani, jelas sekali produk Pusri memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan,” katanya Senin (8/2).
Dalam rangkain peringatan ulang tahun emas ini, dikatakan Ismed, Pusri mencoba memberikan apresiasi kepada para jurnalis. Berupa diseminasi informasi dan problematika terkait dengan eksistensi perusahaan selama mengabdi bagi kepentingan Tanah Air melalui hajatan penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA).
”Kegiatan itu juga merupakan bentuk kepedulian konkret dari bagian corporate social responsibility (CSR) PT Pusri kepada wartawan,”ujar Ismed.
Diakui oleh Ismed, media massa memberikan sumbangsih yang tak sedikit bagi perkembangan perusahaan penghasil pupuk ini dan lomba ini merupakan lomba pertama kali dilakukan oleh PT Pusri sejak 50 tahun pabrik pupuk ini berdiri.
”Nah, dalam peringatan ulang tahun emas ini, Pusri mencoba memberikan apresiasi terhadap media massa, khususnya melalui hajatan penghargaan Pusri Jurnalistik Award (PJA),”katanya.
Dalam melakukan kegiatan ini, kata Ismed PT Pusri memberikan hadiah berupa uang tunai dan plakat kepada masing-masing pemenang dalam lomba penulisan artikel dan feature dengan total hadiah mencapai Rp 36 juta rupiah untuk 6 orang pemenang.
Sementara itu, Ida Syahrul dari Media Lintas Informasi yang menjadi pelaksana teknis acara lomba ini mengatakan pihaknya melakukan penjurian terhadap artikel atau feature yang ditulis oleh Jurnalis di media massa masing-masing terkait dengan PT Pusri dalam Industri pupuk selama kurun waktu Juni 2009 sampai Maret 2010.
Selain itu, kata Ida, dalam penjuriannya pihak MLI dan Pusri melibatkan jurnalis, organisasi pers, dan Kementrian BUMN serta internal Pusri.
”Untuk juri dari praktisi media, organisasi pers, dan Kementrian BUMN ,”katanya. Ida berharap, lomba ini bisa diikuti oleh seluruh jurnalis yang ada di Indonesia. Terutama media yang ada di Sumsel, tempat berdirinya pabrik pupuk terbesar di Asia Tenggara ini.
Contact Person:
Ida Syahrul 081271194300
Muhamad Nasir 081368184211
Langganan:
Postingan (Atom)